Header Ads

Monday, October 11, 2021

Menerbitkan Buku : BUKAN RAHASIA

 

Menerbitkan Buku : BUKAN RAHASIA

Buku adalah jendela dunia. Pernahkan mendengar adagium ini? Kenapa yang muncul bukan buku adalah pintu dunia? Padahal pintu bisa untuk keluar masuk? Pernahkah membuka jendela rumah yang letaknya di puncak bukit?

Dapat dibayangkan betapa indah pemandangan yang dapat dilihat dari jendela yang berada di tebing. Jauh memandang sampai batas cakrawala yang terhalang oleh awan. Itulah ibarat jendela. Dari jendela bisa memandangi segala sesuatu. Memandangi bunga-bunga yang sedang mekar mewangi. Memandangi hujan yang gemercik membasahi bumi. Memandangi terbit dan terbenamnya sang surya. Memandangi bidadari tetangga juga bisa. Dengan kata lain, melalui jendela bisa melihat segala keindahan, kedamaian, ketenteraman semesta alam.

Dengan membaca buku akan menambah pengetahuan yang sebelumnya tidak sama sekali terbayang oleh pembacanya. Tulisan yang terdapat dalam buku sangat beragam  macam dan jumlahnya. Bahkan sebuah masalah, teori, prediksi, sangkaan, dibahas atau ditulis di banyak buku dan banyak penulis. Karena setiap orang memiliki pandangan yang berbed-beda. Semua yang ada di dunia ini ada di dalam buku. Siapa yang banyak membaca buku maka akan semakin bertambah pengetahuan yang dimlikinya. Siapa yang banyak membaca buku akan semakin banyak wawasannya.

Banyak tokoh cerdik pandai karena gemar membaca buku. Buku apapun akan menambah wawasan pembacanya. Buku pengetahuan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan dari penulisnya secara langsung. Membaca buku pengetahuan dari berbagai penulis memberikan wawasan mengenai suatu hal dari orang-orang yang berbeda. Penulis buku tentang suatu topik tertentu dengan sudut pandangnya memberikan warna berbeda dengan penulis dengan topik yang sama tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Bayangkan sebuah topik yang ditulis oleh seratus penulis dengan sudut pandang masing-masing, berarti akan menambah wawasan dan pengalaman sebanyak seratus pula. Itu baru satu topik. Sehingga dengan banyak membaca buku dengan banyak topik akan memberikan pengalaman dan wawasan yang begitu banyak. Tak heran orang yang gemar membaca akan lebih bijaksana dalam menanggapi suatu masalah yang ada disekelilingnya.

Buku cerita baik novel, roman, cerpen, atau cerita apapun akan menambah wawasan pembacanya melalui pemikiran, karakter, tingkah laku tokoh-tokohnya. Semakin banyak karakter tokoh yang ditampilkan oleh penulis, sang pembaca akan semakin bertambah pengalamannya. Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita sagat beragam sesuai dengan alur ceritanya. Cerita yang bermutu memberikan pembelajaran pada pembacanya. Terkadang pembaca cerita kurang bisa memahami, mencerna yang disampaikan oleh penulis cerita lewat para tokohnya. Berbeda dengan buku pengetahuan yang langsung memberikan apa yang ingin dikomunikasikan penulis kepada pembacanya. Buku cerita memerlukan pengalaman baca tersendiri untuk dapat memahami apa yang akan disampaikan oleh penulisnya. Persepsi yang berbeda antara penulis dn pembaca yang berbeda akan menimbulkan kesalahpahaman komunikasi.

Jumlah buku mungkin lebih banyak dari pada pembacanya. Karena buku yang masih beredar sekarang, mungkin penulisnya sudah tidak ada sedangkan pengetahuan yang terdapat dalam buku tersebut masih dipelajari sampai saat ini atau bahkan sampai masa yang akan datang. Ada kemungkinan juga buku tersebut sampai akhir zaman. Dan semakin waktu berjalan maka jumlah buku juga semakin bertambah banyak.

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Janganlah sampai nama yang tertInggal hanya tertulis di batu nisan. Batu nisan hanya berumur tidak kurang dari dua generasi. Kata sang ibu, “Ini mendiang kakek/nenekmu”. Generasi berikutnya, “Ini mendiang kakek/nenek buyutmu”. Generasi berikutnya sudah tak mempedulikan batu nisan tersebut.

Tulislah nama pada penerbit buku. Nama yang tertinggal di buku akan dikenang oleh pembaca yang berkompeten dalam bidang yang ditulis oleh penulisnya. Pemikiran-pemkirannya akan dikutip, diabadikan pada buku yang lain. Buku yang terdapat kutipan akan membawa nama penulis.  Demikian seterusnya setiap pemikiran yang dikutip akan menyertakan penulisnya. Buku akan menjadi prasasti hidup yang tumbuh dan berkembang sampai akhir zaman.

Bagaimana mencetakkan nama pada penerbit? Di zaman moderen ini tak ada yang tak mungkin. Asal mau, maka jadilah. Buku dan penerbit dapat diibaratkan sekeping mata uang. Siapa penyebab dan siapa berakibat, bukan masalah. Ada proses untuk menerbitkan buku. Proses dimulai dari penulis itu sendiri. Untuk memulainya tentu harus dengan gemar menulis. Kapan memulainya?

1.       Mulailah dengan Ide yang Dipikirkan

Ide akan muncul setiap saat. Namun terkadang seseorang hanya menuliskan ke dalam status medsosnya. Itu tidak salah. Tapi apa salahnya kalau ide yang dituliskan itu ditulis di media yang lebih memungkinkan untuk mengembangkan dalam ulisan yang lebih terurai. Menguraikan ide ke dalam tulisan yang lebih detail pasti akan membutuhkan kosa kata yang lebih banyak.

2.       Setiap hari

Kegiatan di atas harus dilakukan setiap hari, karena sejatinya banyak orang setiap hari menulis dengan ide-ide yang beragam. Apabila dilakukan setiap hari akan menjadi sebuah kewajiban dan pada akhirnya akan menjadi kebutuhan.

3.       Setiap hari 100 kata

Yakinlah bahwa seratus kata tidaklah banyak. Kemudian kali hari berikutnya semakin banyak. Akhirnya banyak sekali. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.

4.       Peta Konsep

Sebenarnya kegiatan ini biasa dilakukan oleh banyak orang (kalau tidak boleh dikatakan setiap orang). Namun tidak pernah disadarinya. Setiap barang yang ada di rumah dipetakan. Uang di dompet dipetakan. Jadi ide yang akan disajikan dalam tulisan dibuat peta konsepnya.  

5.       Mulai dengan Antologi

Tidak masalah dalam satu buku terdapat banyak penulis. Ini adalah cara penulis pemula memulai karya untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Sumber: https://penerbitbukudeepublish.com/makna-buku-adalah-jendela-dunia/

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH