Menerbitkan Buku : BUKAN RAHASIA
Buku adalah jendela
dunia. Pernahkan mendengar adagium ini? Kenapa yang muncul bukan buku adalah
pintu dunia? Padahal pintu bisa untuk keluar masuk? Pernahkah membuka jendela
rumah yang letaknya di puncak bukit?
Dapat
dibayangkan betapa indah pemandangan yang dapat dilihat dari jendela yang
berada di tebing. Jauh memandang sampai batas cakrawala yang terhalang oleh
awan. Itulah ibarat jendela. Dari jendela bisa memandangi segala sesuatu.
Memandangi bunga-bunga yang sedang mekar mewangi. Memandangi hujan yang
gemercik membasahi bumi. Memandangi terbit dan terbenamnya sang surya. Memandangi
bidadari tetangga juga bisa. Dengan kata lain, melalui jendela bisa melihat
segala keindahan, kedamaian, ketenteraman semesta alam.
Banyak tokoh
cerdik pandai karena gemar membaca buku. Buku apapun akan menambah wawasan
pembacanya. Buku pengetahuan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan dari
penulisnya secara langsung. Membaca buku pengetahuan dari berbagai penulis memberikan
wawasan mengenai suatu hal dari orang-orang yang berbeda. Penulis buku tentang
suatu topik tertentu dengan sudut pandangnya memberikan warna berbeda dengan
penulis dengan topik yang sama tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Bayangkan
sebuah topik yang ditulis oleh seratus penulis dengan sudut pandang
masing-masing, berarti akan menambah wawasan dan pengalaman sebanyak seratus pula.
Itu baru satu topik. Sehingga dengan banyak membaca buku dengan banyak topik
akan memberikan pengalaman dan wawasan yang begitu banyak. Tak heran orang yang
gemar membaca akan lebih bijaksana dalam menanggapi suatu masalah yang ada
disekelilingnya.
Buku cerita
baik novel, roman, cerpen, atau cerita apapun akan menambah wawasan pembacanya
melalui pemikiran, karakter, tingkah laku tokoh-tokohnya. Semakin banyak
karakter tokoh yang ditampilkan oleh penulis, sang pembaca akan semakin bertambah
pengalamannya. Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita sagat beragam sesuai dengan alur
ceritanya. Cerita yang bermutu memberikan pembelajaran pada pembacanya. Terkadang
pembaca cerita kurang bisa memahami, mencerna yang disampaikan oleh penulis
cerita lewat para tokohnya. Berbeda dengan buku pengetahuan yang langsung
memberikan apa yang ingin dikomunikasikan penulis kepada pembacanya. Buku cerita
memerlukan pengalaman baca tersendiri untuk dapat memahami apa yang akan
disampaikan oleh penulisnya. Persepsi yang berbeda antara penulis dn pembaca
yang berbeda akan menimbulkan kesalahpahaman komunikasi.
Jumlah buku
mungkin lebih banyak dari pada pembacanya. Karena buku yang masih beredar
sekarang, mungkin penulisnya sudah tidak ada sedangkan pengetahuan yang
terdapat dalam buku tersebut masih dipelajari sampai saat ini atau bahkan
sampai masa yang akan datang. Ada kemungkinan juga buku tersebut sampai akhir
zaman. Dan semakin waktu berjalan maka jumlah buku juga semakin bertambah
banyak.
Harimau mati
meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Janganlah sampai nama yang
tertInggal hanya tertulis di batu nisan. Batu nisan hanya berumur tidak kurang
dari dua generasi. Kata sang ibu, “Ini mendiang kakek/nenekmu”. Generasi berikutnya,
“Ini mendiang kakek/nenek buyutmu”. Generasi berikutnya sudah tak mempedulikan
batu nisan tersebut.
Tulislah nama
pada penerbit buku. Nama yang tertinggal di buku akan dikenang oleh pembaca
yang berkompeten dalam bidang yang ditulis oleh penulisnya. Pemikiran-pemkirannya
akan dikutip, diabadikan pada buku yang lain. Buku yang terdapat kutipan akan
membawa nama penulis. Demikian
seterusnya setiap pemikiran yang dikutip akan menyertakan penulisnya. Buku akan
menjadi prasasti hidup yang tumbuh dan berkembang sampai akhir zaman.
Bagaimana mencetakkan nama pada
penerbit? Di zaman moderen ini tak ada yang tak mungkin. Asal mau, maka
jadilah. Buku dan penerbit dapat diibaratkan sekeping mata uang. Siapa penyebab
dan siapa berakibat, bukan masalah. Ada proses untuk menerbitkan buku. Proses dimulai
dari penulis itu sendiri. Untuk memulainya tentu harus dengan gemar menulis. Kapan
memulainya?
1.
Mulailah dengan Ide yang Dipikirkan
Ide akan muncul setiap saat. Namun terkadang
seseorang hanya menuliskan ke dalam status medsosnya. Itu tidak salah. Tapi apa
salahnya kalau ide yang dituliskan itu ditulis di media yang lebih memungkinkan
untuk mengembangkan dalam ulisan yang lebih terurai. Menguraikan ide ke dalam
tulisan yang lebih detail pasti akan membutuhkan kosa kata yang lebih banyak.
2.
Setiap hari
Kegiatan di atas harus dilakukan
setiap hari, karena sejatinya banyak orang setiap hari menulis dengan ide-ide
yang beragam. Apabila dilakukan setiap hari akan menjadi sebuah kewajiban dan
pada akhirnya akan menjadi kebutuhan.
3.
Setiap hari 100 kata
Yakinlah bahwa seratus kata
tidaklah banyak. Kemudian kali hari berikutnya semakin banyak. Akhirnya banyak
sekali. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.
4.
Peta Konsep
Sebenarnya kegiatan ini biasa
dilakukan oleh banyak orang (kalau tidak boleh dikatakan setiap orang). Namun tidak
pernah disadarinya. Setiap barang yang ada di rumah dipetakan. Uang di dompet
dipetakan. Jadi ide yang akan disajikan dalam tulisan dibuat peta konsepnya.
5.
Mulai dengan Antologi
Tidak masalah dalam satu buku
terdapat banyak penulis. Ini adalah cara penulis pemula memulai karya untuk
menumbuhkan rasa percaya diri.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH