MACET
Kelihatannya orang Jabodetabek
sudah tak heran lagi dengan keadaan macet. Menyebalkan, mengesalkan, bikin stress,
apalagi yang sedang diburu waktu. Bagi banyak orang pasti menghindari yang namanya
macet. Apapun yang macet tak akan enak rasanya.
Pernahkah
mengalami kemacetan? Kemacetan apa yang dialami? Dijalan? Mesin?
Menulis
ternyata juga mengalalami kemacetan. Mengapa bisa begitu? Suatu kewajaran
apabila suatu pekerjaan atau kegiatan mengalami kemandegan dalam pelaksanaan. Banyak
faktor yang meyebabkan kemandegan dalam mengerjakan suatu hal. Bisa dari diri
sendiri maupun faktor dari luar dirinya. Demikian juga pengalaman kemacetan
dalam kegiatan menulis.
1.
Tanda kemacetan menulis
Fokus
Konsentrasi dalam kegiatan sangatlah
diperlukan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Namun terkadang
seseorang mengalami keadaan yang seakan tak mampu melakukan yang sudah biasa
dilakukan. Perlu istirahat untuk megembalikan konsentrasi yang hilang. Mungkin ditimbulkan
akibat kelelahan.
Inspirasi
Tidak sedikit penulis menyepi, mencari
inspirasi di tempat yang sepi agar tak terganggu oleh hiruk pikuk kehidupan. Mencari
waktu di tengah malam yang sunyi. Untuk menemukan kembali insipirasi yang
hilang bisa mencoba dengan membuka-buka tulisan yang pernah dihasilkan.
Stres
Waktu sehari adalah 24 jam. Tetapi setiap
orang tidaklah saman dalam menyikapi waktu dalam sehari tersebut. Banyak orang
yang santuy setiap harinya. Tetapi tidak sedikit juga orang yang tak
henti-hentinya melakukan pekerjaan sampai-sampai ada perkerjaan yang
terbengkalai karenanya. Stres adalah akibat dari kesibukan yang tak teratasi. Stres
bisa menyebabkan kemacetan dalam menulis.
Brain
fog
Kondisi ini memengaruhi daya ingat,
konsentrasi, dan juga kesehatan mental. Kelelahan otak menyebabkan
penulis tak bisa melanjutkan tulisannya dengan baik. Setiap organ tubuh
mempuyai kapasitas yang terbatas, sehingga apabila digunakan secara marathon
akan mengalami kelelahan.
Pikiran kosong
Melamun? Kegiatan yang tak
membutuhkan modal. Ada saat melamun yang bisa bermanfaat dan produktif, tetapi di lain
waktu bisa mengganggu produktivitas. Pikiran kosong biasanya merupakan tanda ketertarikan
terhadap sesuatu yang lain dari hal yang sedang dilakukan pada saat tertentu.
2. Tanda
kemacetan menulis
Perfeksionis
Tak ada yang
sempurna di dunia ini. Jika seseorang menghendaki kesempurnaan, maka hanya akan
sia-sia belaka. Target memang perlu dilakukan dan dicapai. Mungkin mendekati
sempurna tak mengapa. Tak salah bila
seorang penulis mengehendaki tulisannya dibaca, dinikmati oleh banyak orang. Tetapi
ini justru akan menyebabkan kemacetan dalam memnulis karena menginginkan yang
berlebihan.
Burnout
Ada saatnya seseorang mengalami
kebosanan atau kelelahan dalam melakukanb pekerjaan. Rasa kewalahan dari segi fisik, mental, dan emosional
adalah terkurasnya energi yang dimiliki. Semua ada takarannya. Sesuatu yang
melebihi takaran menyebakan overload.
Kebuntuan menulis adalah sebuah keadaan ketika penulis merasa
kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk
tulisannya. Kehilangan kemampuan menulis dan membuat karya tulis baru tidaklah
disebabkan oleh masalah komitmen atau kecakapan menulis (Wikipedia).
“Writer's block” adalah kegagalan
sementara atau permanen untuk menuliskan kata-kata di atas kertas . Itu
bisa menimpa setiap penulis, jika hanya beberapa menit atau satu atau dua hari,
tetapi menjadi masalah nyata ketika penulis tidak mencapai target dan ketika
mereka merasa tidak mampu menyelesaikan sebuah karya.”
Memang suatu pekerjaan
harus dilakukan dengan menentukan target yang harus dicapai. Tetapi kemampuan
fisik harus diperhitungkan. Ketidakseimbangan antara kemampuan dan kemauan akan
menyebabkan ketidaktercapaian target. Istirahat adalah kata kunci untuk menanggulangi
“writer's block”.
Sumber:
https://glints.com/id/lowongan/writers-block-adalah/#.YW43GVVBzIU
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH