SAMEN & PRESTASI
Ingat
kenaikan kelas? Deg-degan, naik nggak, ya? Pasti anak yang nggak berprestasi
pertanyaan yang muncul seperti itu. Ayah dan ibunya juga akan melontarkan
pertanyaan yang sama. Bukan tak percaya, tetapi kayaknya memang pertanyaan seperti
itu yang tepat disampaikan. Anak yang ditanya juga merasa tak keberatan dengan
pertanyaan itu. Jawaban singkat, ya atau tidak sudah selesai. Paling juga, ada
nilai merahnya nggak?
Berbeda bagi
anak yang rajin. Pertanyaan yang muncul pasti berbeda. Aku ranking berapa, ya?
Itu sekolah zaman dulu. Orang tua juga menanyakan anaknya peringkat berapa.
Banyak pujian didapatkan bagi siswa yang memiliki prestasi. Mungkin juga hadiah
ba dari sekolah maupun dari orang tuanya.
Bagaimana
pertanyaan yang tepat untuk anak sekarang berkaitan dengan kenaikan kelas?
Semua nilai bagus dan tinggi-tinggi karena harus sesuai di atas KKM. Orang tua
juga tak bisa bertanya karena tak mengerti apa yang harus ditanyakan. Anak-anak
yang tergolong kurang berprestasi di bidang akademik juga tak terlalu khawatir
dengan adanya kenaikan kelas. Mereka beranggapan bahwa sekarang tak ada siswaa
yang tak naik kelas.
Bagaimana
seorang siswa naik kelas? Beberapa guru yang terlibat pada suatu tingkatan
mengolah nilai sesuai dengan formula dan kriteria yang sudah ditentukan baik
oleh lembaga maupun peratutan yang telah ditetapkan sebagai acuan.
Apa sih
sebenarnya esensi kenaikan kelas? Naik kelas berarti menapaki kelas yang lebih
tinggi. Siswa kelas satu naik menjadi kelas dua, kelas dua naik kekelas tiga
dan seterusnya. Tetapi bukan itu makna sebenarnya. Ada yang lebih esensial
yaitu memiliki kompetensi yang setingkat lebih tinggi dari kelas ang ditinggalkannya.
Inilah naik kelas yang sesungguhnya.
1.
Perubahan status numerik lebih tinggi
Kenaikan kelas berarti pemindahan
tingkat ke yang lebih tinggi atau status numerik, misalnya dari kelas 1 ke
kelas 2, kelas 2 ke kelas 3, dan seterusnya. Namun ada kenaikan kelas tetapi
justru mengalami penurunan tingkat numeriknya. Misalnya tadinya 10 besar menjadi
5 besar, peringkat 3 menjadi peringkat 2, dan lain sebagainya.
2.
Telah mengusai materi
Ilmu-ilmu yang dipelajari di kelas
yang lebih tinggi memerlukan kemampuan atau tingkatan berpikir yang lebih rumit
daripada kelas sebelumnya. Dengan penambahan tingkat kelas maka seorang siswa
harus memiliki kemampuan yang disyaratkan pada kelas yang dijalaninya. Pada
kelas yang dijalaninya terdapat siswa yang berkemampuan yang tidak sama seperti
halnya kelas yang pernah diikuti sebelumnya.
Dengan kata lain siswa yang
dinyatakan naik kelas adalah siswa yang telah menguasai (dinyatakan tuntas)
materi kelas yang terdahulu.
3.
Perubahan sikap, tingkah laku, dan kecakapan
Selain menguasai kompetensi secara
akademik, siswa yang dinyatakan naik kelas harus pula mengalami perubahan sikap
sejalan dengan usianya. Sikap dan tangka laku biasanya sejalan dengan
bertambahnya usia tersebut. Kecakapan yang dimilikinya pun mengalami perubahan
kepada yang lebih baik.
Adanya kenaikan
kelas biasanya dibarengi dengan pemberian label siswa yang berprestasi dibidang
akademik. Seperti dikemukakan di awal, prestasi siswa zaman dulu ditandai
dengan ranking rapor di kelasnya. Bukankah sebenarnya perankingan itu hanya
menggunakan tolok ukur pencapaian nilai akademik? Karena selama ini belum
pernah ada perangkingan kelas berdasarkan prestasi non akademik, perilaku,
sikap, atau kecakapan. Alasannya nilai non akademik, perilaku, sikap, atau
kecakapan terindikasi bersifat subjektif.
Apa sebenarnya
prestasi? Pasti bayangan yang timbul adalah angka juga. Juara pertama, terbaik,
tercepat, terindah, dan ter--ter- yang lain yang tak tertandingi. Pernahkan siswa
memperoleh penghargaannya atau berprestasi karena paling awal datang ke
sekolah, paling rajin sembahyang, paling sering bertanya atau menanggapi materi
pelajaran? Prestasi
adalah segala yang terbaik yang kita kontribusikan untuk diri kita, lingkungan,
masyarakat sekeliling, dan juga untuk keyakinan (agama).
Pentingnya prestasi:
1.
Prestasi merupakan wujud nyata kualitas dan kuantitas yang
diperoleh atas usahanya;
2. Prestasi merupakan pengalaman yang dilami seseorang yang akan
menjadi pelajaran berharga di masa mendatang;
3.
Prestasi merupakan kebanggaan diri, keluarga, kelompok,
masyarakat, bangsa, dan negara;
4.
Prestasi digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan seseorang.
Ada tradisi
di Sunda; pesta kenaikan kelas disebut Samen.
Samen merupakan tradisi pesta
kenaikan kelas setelah para siswa menempuh ujian. Dulu acara Samen banyak acara yang disuguhkan
terutama tradisi Sunda. Tetapi sejalan dengan perkembangan zaman Samen tinggal istilahnya saja. Pesta
yang tadinya diisi dengan tradisi Sunda, kini diisi dengan acara yang penting
meriah. Namun acaranya tetap disebut Samen.
Siswa yang beprestasi dinaikkan panggung bersama orang tuanya untuk menerima
hadiah. Perasaan bangga menyelimuti orang tua dan siswa yang berprestasi.
Kenaikan kelas
dan prestasi telah dibuktikan oleh Aam Nurhasanah, S.Pd. yang tadinya sebatas
peserta BMWAG PGRI, berhasil menjadi moderator, kemudian menjadi narasumber. Dengan
kegigihannya di bidang menulis beliau pun bisa menerbitkan beberapa buku baik
solo maupun keroyokan.
Ada pepatah
hasil tak membohongi usaha. Benar salahnya Anda yang merencanakan, Tuhan yang
menentukan.
Sumber:
http://tabloidganesha.blogspot.com/2012/07/antara-samen-wisuda-sekolah.html
https://www.matrapendidikan.com/2014/06/memaknai-kenaikan-kelas-siswa.html
https://bkpsdm.majalengkakab.go.id/artikel/meraih-prestasi-dengan-keyakinan
https://id.wikipedia.org/wiki/Prestasi
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH