Setiap individu menghendaki sebuah karya yang dapat diakui oleh orang lain. Karya yang dihasilkan mungkin dapat berguna bagi dirinya, orang lain, atau generasi selanjutnya. Bagi orang yang berkecimpung di dunia pendidikan tak akan asing dengan karya yang berupa tulisan. Apalagi bagi seorang teknokrat, karya yang berupa tulisan merupakan sebuah keharusan. Tulisan-tulisan yang dihasilkan pun berupa paparan yang bernuansa ilmiah. Karena keilmihannya maka disebutlah sebagai tulisan ilmiah.
Karya Tulis Ilmiah
(KTI) merupakan hasil dari suatu usaha yang berupa tulisan yang didasari oleh hal-hal
yang logis terkait dengan penelitian atau penemuan. KTI memiliki tujuan
penulisan, kebermanfaatan tulisan, dan menggunakan metoda ilmiah. Pasti bayangan
yang timbul dari para pembaca tentang KTI adalah paparan tulisan dengan kalimat
yang panjang-panjang hanya untuk menjelaskan sebuah hal. Selain itu,
sajian-sajian tulisannya berupa kutipan-kutipan pendapat atau teori para ahli
pendahulunya. Tulisan yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keilmihannya.
Jelas
kata-kata yang digunakan dalam KTI adalah kata-kata yang bermakna lugas tidak
boleh bermakna ganda (ambigu) maupun bermakna konotasi sehingga akan memberikan
efek bosan bagi pembacanya. Penulisan kalimat, ejaan, maupun struktur
kalimatnya juga harus sesuai dengan ketentuan penulisan tata bahasa yang
digunakan.
Selain hal
tersebut, tidak jarang KTI diikat oleh struktur penulisan yang telah ditetapkan
oleh lembaga yang menaungi penulis. Walaupun maksud dan isinya sama tetap jika
penulisannya tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka tulisan
tersebut dianggap salah. Jadi penulis KTI harus tetap mengikuti aturan
penulisan agar tulisanatau karyanya diakui.
KTI hanya
dibaca oleh bukan pembaca pada umumnya. Biasanya KTI hanya merupakan hiasan
lemari-lemari perpustakaan yang dicari oleh pembaca yang mencari referensi yang
sesuai dengan yang akan ditulis. Sesudahnya akan disimpan kembali atau bahkan
tidak pernah sama sekali pembaca yang menyentuhnya.
Apabila
menempuh pendidikan strata 1, karya ilmiah yang berupa skripsi menjadi wajib
sebagai syarat kelulusannya. Dalam penulisan skripsi harus mengikuti tata tulis
skripsi yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikannya. Apabila tidak sesuai
dengan kriteria penulisan yang telah ditetapkan maka skripsi akan ditolak.
KTI yang
lebih sederhana dapat berupa makalah yaitu tulisan ilmiah yang biasanya
berkaitan dengan penidikan. Mulai dari makalah yang disajikan dengan data minim
(biasanya makalah anak sekolah) sampai dengan data yang lebih detail, biasanya
ditulis oleh penulis yang sudah professional. Data-data diperlukan untuk
mendukung pemaparan makalah tersebut.
Namun ada KTI
yang lebih familier yaitu artikel. Artikel biasanya ditulis dengan bahasa yang
populer, dengan tata tulis lebih sederhana namun tak mengurangi keilmiahannya.
Artikel ditulis untuk dipublikasikan di media baik cetak maupun online.
Untuk
mengantisipasi tulisan yang telah dibuat sebagai karya agar tidak dilupakan
orang, alangkah bijaksananya KTI yang berupa skripsi, makalah, atau atikel
diabadikan dalam bentuk buku. Dengan bentuk buku niscaya akan lebih
memasyarakat dan dengan harapan dapat dibaca oleh khalayak umum.
Bagaimana
mengubah bentuk KTI menjadi sebuah buku? Beberapa tips menjadikan KTI berubah
menjadi sebuah buku baik cetak maupun elektronik.
1.
Ubah Judul
Judul
KTI pasti panjang karena terdiri dari minimal 4 kata yaitu kata yang berisi
materi, subjek, objek, dan tempat penelitian. Judul KTI harus mengaitkan antar
unsur agar menjadi hubungan sebab akibat yang jelas. Untuk versi buku
difokuskan pada objek. Kata yang dipilih sebagai judul buku bisa menjadi daya
tarik pembaca, karena judul buku merupakan hal yang pertama dibaca oleh pencari
buku. Judul buku diusahakan kata yang dapat menimbulkan rasa penasaran bagi
yang membacanya. Judul buku bisa panjang (beberapa kata) namun harus ada
penekanan pada salah satu kata misalnya pada objek.
2.
Ubah Daftar Isi
Daftar
isi juga bisa dikatakan merupakan garis besar dari KTI. Pada daftar isi KTI,
memuat semua yang ada pada isi tulisan dengan menampilkan bab, subbab,
subsubbab sampai detail sebelum uraian. Daftar isi KTI biasanya juga ditentukan
oleh seberapa detail pembahasan yang akan diuraikan. Semakin detail uraian,
maka semakin banyak daftar isinya. Pada buku cukup meringkas menjadi beberapa
bab dengan cara menggabungkan dan mengikuti pedoman 2 W (why dan what) + H (how). Dengan demikian isi yang terdapat
pada buku di awal berisi tentang apa dan mengapa-nya sesuatu itu tuliskan.
3.
Ubah Isi
Yang
dimaksud dengan mengubah isi bukan esensi isinya tetapi gaya penulisannya.
Bahasa buku lebih cair, dengan kosa kata populer. Pada penjelasan bisa
digunakan kata-kata yang erkonotasi lebih luas sehingga mudah dicerna oleh
pembaca. Penulisan isi dala buku ditentukan oleh kemahiran penulis dalam
merangkai kata, pengalaman, bahan bacaan (literature).
Semakin banyak pengalaman, jam terbang menulis, bacaan yang digunakan sebagai
referensi, maka tulisan yang dihasilkan akan semakin meyakinkan.
Sumber :
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH