Header Ads

Thursday, October 28, 2021

6 PROSES KREATIF MENULIS FIKSI

 


Menurut pengertian leksikalnya fiksi adalah rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan. Karya yang berbentuk fiksi merupakan rekaan berdasarkan imajinasi penulis atau pengarangnya. Penulis atau pengarang menciptakan tokoh dalam ceritanya hanya berdasarkan imajinasinya. Nama, perilaku atau watak dari tokoh juga berdasarkan apa yang dipikirkan oleh pengarang. Tempat kejadian yang indah, yang menyeramkan atau damai yang menjadi latar cerita juga diciptakan oleh pengarang.

Penggambaran apapun yang terdapat dalam cerita tergantung dari pengalaman pengarang yang pernah dilihat, didengar, atau dialami.  Keindahan alam sebagai latar tempat misalnya, tergantung rangkaian kata dalam penggambarannya. Pun demikian suasana yang tercipta dalam cerita akan menjadi sahdu, nyaman, adalah kemampuan menyuguhkan pilihan kata yang dapat membawa pembaca  sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis.

Pengarang membawa pembaca membenamkan dalam pengalamannya yang mungkin belum pernah dialaminya. Mengenalkan watak tokoh yang sama sekali belum pernah ditemui dalam pergaulan selama hidup pembaca. Mungkin juga tempat-tempat yang pernah dikunjungi namun penggambarannya lebih indah dari yang pernah dilihat.

Cerita fiksi yang elok akan membawa pembaca kepada emosi bukan pada kemasuk-akalan peristiwa yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh dalam ceritanya. Sesuatu yang tidak nyata bisa lebih heboh karena kemahiran pengarang dalam menyajikannya.

Cerita fiksi mengenal adanya unsur pembagun karaya tersebut yaitu tema, premis, latar/setting, tokoh, alur/plot, dan sudut pandang.

Tema

Tema merupakan pokok pembicaraan. Tema menjiwai seluruh tulisan dalam hal ini cerita. Tema yang baik harus dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas. Kemudian tema yang akan dipilih itu disesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati.

Premis

Premis harus menggambarkan keseluruhan cerita dalam sebuah kalimat. Namun pada dasarnya premis itu berisi tokoh yang memiliki tujuan, namun terhalang oleh sesuatu sehingga menyebabkan sang tokoh mengambil tindakan agar dapat menyelesaikan tersebut. Dalam hal ini, tujuan tokoh harus spesifik tidak boleh terlalu luas. Premis ditulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh.

Latar/setting

Latar/setting adalah lingkungan tempat dan waktu keberadaan tokoh. Lokasi, waktu, dan cuaca memainkan aspek penting dalam cerita. Latar yang dideskripsikan dengan baik dapat membuat cerita lebih menarik sehingga pembaca merasa masuk ke dalam dunia fiksi yang dibacanya.

1.    Libatkan kelima indra Dengan melibatkan kelima indra akan mendapatkan gambaran latar yang lebih sensitf yang ujungnya, latar yang dihasilkan dalam cerita seakan pernah dikunjungi oleh pembaca.

2.    Kunjungi tempat yang sama dengan latar jika memungkinkan Agar penggambaran latar tempat lebih nyata, lebih detail, disarankan mengunjungi lokasi yang mirip dengan imajinasi penulis.

3.    Lihat foto latar yang mirip sebagai inspirasi Apabila tidak memungkinkan untuk mengunjungi lokasi yang mirip dengan yang dimaksud, bisa dilakukan dengan mencari gambar yag mirip dengan imajinasinya.

4.    Sertakan referensi untuk memberi petunjuk kapan cerita itu terjadi Menulis cerita tidak hanya berlatar yag sezaman dengan penulis. Apabila penulis akan mengarang cerita dengan latar waktu yang telah beberapa waktu lalu, maka harus menyertakan referensi tentang masa itu, seperti teknologi, pakaian, dan budaya sehingga pembaca dapat membayangkannya.

 

Tokoh

Tokoh merupakan unsur utama dalam fiksi. Bermula dari tokohlah rangkaian peristiwa demi peristiwa terjadi. Tokoh adalah individu rekaan pengarang yang mengalami peristiwa atau perlakuan berbagai peristiwa cerita. Tokoh adalah bagian atau unsur suatu keutuhan artistik karya sastra yang dilengkapi dengan watak atau karakteristik tertentu. Watak merupakan kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar dan jiwa. Dengan kualitas tokoh yang beraneka ragam menyebabkan banyak tokoh dalam cerita. Watak menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga menjadi suatu cerita yang dinamis. Tokoh dalam sebuah cerita harus diperkenalkan secara wajar dengan segala sifat dan kehidupan batinnya.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah penokohan mempunyai makna yang lebih luas daripada tokoh. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana  penempatan dan pelukisannya dalam cerita. Penggambaran tokoh menggunakan teknik analitik, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain. Penokohan dengan menggunakan nama tertentu dapat menggambarkan perasaan hati, pikiran, dan lamunan imajinasi tokoh lain. Karakteristik tokoh diungkapkan penulis melalui aspek fisiologis, sosiologis, dan psikologis tokoh.

Alur/plot

Dalam menulis cerita fiksi penulis bisa menggunakan alur maju (kronologis), alur mundur (flashback), atau campuran maju dan mundur. Alur maju atau kronologis digunakan oleh pengarang dengan cerita dimulai dari awal peristiwa yang dialami oleh tokoh secara maraton sampai dengan akhir cerita secara runut. Kebalikan dari alur maju adalah flashback atau alur mundur, awal cerita merupakan penyelesain masalah yang dihadapi oleh tokoh yang dilanjutkan dengan awal mula ermasalahan itu sampai terjadi. Sedangkan alur campuran merupakan alur peristiwa yang dirangkai dengan sebab akibat yang dibolak-balik yang dialam oleh tokoh.

Karena cerita itu sebenarnya adalah runutan peristiwa yang dialami oleh tokoh, maka alur memiliki skema ata diagram yang dimulai dengan nol kemudian merangkak satu, dua, dan seterusnya sampai puncak kemudian turun lagi. Konkretnya alur memiliki tahapan-tahapan dari pengenalan pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaian/ending.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara penulis dalam menempatkan tokoh utama yang dituliskan dalam karyanya. Ada beberapa pilihan sudut pandang yang bisa digunakan pengarang. Sudut pandang menggunakan orang pertama, misalnya aku. Dengan menggunakan tokoh aku dalam menyampaikan cerita, pembaca seakan menjadi orang yang megalami peristiwa yag disuguhkan dalam cerita.

Pilihan yang kedua dengan menggunakan sudut pandang orang kedua, atau pilihan yang ketiga dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang ketiga dapat diganti dengan nama orang. Jadi pengarang menceritakan permasalahan kehidupan tokoh sebagai orang yang bukan siapa-siapanya pengarang.

Langkah Proses Kreatif

Menulis cerita merupakan suatu kegiatan kreatifitas penulis atau dengan kata lain merupakan proses kreatif. Proses kreatif yaitu sebuah proses yang dilalui pengarang untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Seorang pengarang tidak akan bisa menulis karya sastra dalam bentuk puisi atau prosa tanpa melalui pengumpulan ide, pengembangan ide, dan penyempurnaan ide dalam proses penciptaannya.

1.       Niat

Memotivasi diri untuk dapat memulai menulis dan menyelesaikan karya dengan keyakinan bahwa bisa melakukan apa yang diniatkan.

2.       Membaca karya orang lain

Membaca karya fiksi orang lain sebagai dasar untuk belajar dan menjadikan referensi ide, pemilihan kata (diksi), gaya bercerita, dan teknik penulisan.

3.       Ide dan genre

Gagasan atau ide dapat dimunculkan ketika membaca tulisan diri sendiri atau karya orang lain. Menemukan ide dengan cara mengembangkan imajinasi. Mengembangkan imajinasi dengan disesuaikan pemilihan genre yang disukai dan dikuasai.  

4.       Membuat outline

Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi seperti dijelaskan di atas, dimulai dari tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.

5.       Menulis

Membuka cerita dengan baik misalnya menggunakan dialog, kutipan kata unik, atau konflik. Melakukan pengenalan tokoh dan latar bisa dilakukan dengan menggabarkan secara langsung atau melalui dialog, secara jelas kepada pembaca. Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh dengan menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi. Susunan kalimat yang pendek dan jelas dengan pemilihan kata (diksi). Menutup cerita melalui ending yang baik.

6.       Swasunting

Penyuntingan dilakukan setelah selesai menulis karya yang dihasilkan. Tidak disarankan menulis sambil mengedit. Penyuntingan difokuskan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata dan istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita. Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyuntingtulisan sendiri.

Sumber:

https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/30/pengertian-cerita-fiksi-beserta-ciri-ciri-jenis-dan-contohnya?page=4

https://melaluiruang.blogspot.com/2021/02/cara-menulis-premis-cerita-fiksi.html

https://id.wikihow.com/Menjelaskan-Latar-dalam-Cerita

https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1062295

https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-dan-jenis-sudut-pandang-dalam-cerpen-yang-penting-untuk-diketahui-1vAvWzPRBf1/2

https://www.google.com/search?q=proses+kreatif+menulis+prosa&rlz=1C1CHZN_enID924ID924&oq=proses+kreatif+menulis+prosa&aqs=chrome..69i57j0i333l4.39038j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH