
Menurut pengertian leksikalnya fiksi adalah rekaan, khayalan, tidak
berdasarkan kenyataan. Karya yang berbentuk fiksi merupakan rekaan berdasarkan
imajinasi penulis atau pengarangnya. Penulis atau pengarang menciptakan tokoh
dalam ceritanya hanya berdasarkan imajinasinya. Nama, perilaku atau watak dari
tokoh juga berdasarkan apa yang dipikirkan oleh pengarang. Tempat kejadian yang
indah, yang menyeramkan atau damai yang menjadi latar cerita juga diciptakan
oleh pengarang.
Penggambaran apapun yang terdapat dalam cerita tergantung dari
pengalaman pengarang yang pernah dilihat, didengar, atau dialami. Keindahan alam sebagai latar tempat misalnya, tergantung
rangkaian kata dalam penggambarannya. Pun demikian suasana yang tercipta dalam
cerita akan menjadi sahdu, nyaman, adalah kemampuan menyuguhkan pilihan kata
yang dapat membawa pembaca sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh penulis.
Pengarang membawa pembaca membenamkan dalam pengalamannya yang mungkin
belum pernah dialaminya. Mengenalkan watak tokoh yang sama sekali belum pernah
ditemui dalam pergaulan selama hidup pembaca. Mungkin juga tempat-tempat yang
pernah dikunjungi namun penggambarannya lebih indah dari yang pernah dilihat.
Cerita fiksi yang elok akan membawa pembaca kepada emosi bukan pada
kemasuk-akalan peristiwa yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh dalam
ceritanya. Sesuatu yang tidak nyata bisa lebih heboh karena kemahiran pengarang
dalam menyajikannya.
Cerita fiksi mengenal adanya unsur pembagun karaya tersebut yaitu tema,
premis, latar/setting, tokoh, alur/plot, dan sudut pandang.
Tema
Tema
merupakan pokok pembicaraan. Tema menjiwai seluruh tulisan dalam hal ini
cerita. Tema yang baik harus dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis,
bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas. Kemudian tema yang akan
dipilih itu disesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi,
membaca, dan mendengarkan curahan hati.
Premis
Premis harus menggambarkan keseluruhan cerita dalam sebuah kalimat.
Namun pada dasarnya premis itu berisi tokoh yang memiliki tujuan, namun
terhalang oleh sesuatu sehingga menyebabkan sang tokoh mengambil tindakan agar
dapat menyelesaikan tersebut. Dalam hal ini, tujuan tokoh harus spesifik tidak
boleh terlalu luas. Premis ditulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian
rangkai menjadi satu kalimat utuh.
Latar/setting
Latar/setting adalah lingkungan tempat dan
waktu keberadaan tokoh. Lokasi, waktu, dan cuaca memainkan aspek penting dalam
cerita. Latar yang dideskripsikan dengan baik dapat membuat cerita lebih
menarik sehingga pembaca merasa masuk ke dalam dunia fiksi yang dibacanya.
1. Libatkan kelima indra Dengan melibatkan
kelima indra akan mendapatkan gambaran latar yang lebih sensitf yang ujungnya,
latar yang dihasilkan dalam cerita seakan pernah dikunjungi oleh pembaca.
2. Kunjungi tempat yang sama
dengan latar jika memungkinkan Agar penggambaran latar tempat lebih nyata, lebih
detail, disarankan mengunjungi lokasi yang mirip dengan imajinasi penulis.
3. Lihat foto latar yang mirip
sebagai inspirasi Apabila tidak memungkinkan untuk mengunjungi lokasi yang
mirip dengan yang dimaksud, bisa dilakukan dengan mencari gambar yag mirip
dengan imajinasinya.
4. Sertakan referensi untuk
memberi petunjuk kapan cerita itu terjadi Menulis cerita tidak hanya berlatar yag sezaman
dengan penulis. Apabila penulis akan mengarang cerita dengan latar waktu yang
telah beberapa waktu lalu, maka harus menyertakan referensi tentang masa itu,
seperti teknologi, pakaian, dan budaya sehingga pembaca dapat membayangkannya.
Tokoh
Tokoh merupakan unsur utama dalam fiksi. Bermula dari tokohlah
rangkaian peristiwa demi peristiwa terjadi. Tokoh
adalah individu rekaan pengarang yang mengalami peristiwa atau perlakuan
berbagai peristiwa cerita. Tokoh adalah bagian atau unsur suatu keutuhan
artistik karya sastra yang dilengkapi dengan watak atau karakteristik tertentu.
Watak merupakan kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar dan jiwa. Dengan
kualitas tokoh yang beraneka ragam menyebabkan banyak tokoh dalam cerita. Watak
menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga menjadi suatu cerita
yang dinamis. Tokoh dalam sebuah cerita harus diperkenalkan secara wajar dengan
segala sifat dan kehidupan batinnya.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah penokohan
mempunyai makna yang lebih luas daripada tokoh. Penokohan mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam cerita. Penggambaran tokoh menggunakan teknik
analitik, fisik dan perilaku tokoh,
lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran
oleh tokoh lain. Penokohan dengan menggunakan
nama tertentu dapat menggambarkan perasaan hati, pikiran, dan lamunan imajinasi
tokoh lain. Karakteristik tokoh diungkapkan penulis melalui aspek fisiologis,
sosiologis, dan psikologis tokoh.
Alur/plot
Dalam
menulis cerita fiksi penulis bisa menggunakan alur maju (kronologis), alur mundur (flashback), atau campuran maju dan mundur. Alur maju
atau kronologis digunakan oleh pengarang dengan cerita dimulai dari awal
peristiwa yang dialami oleh tokoh secara maraton sampai dengan akhir cerita
secara runut. Kebalikan dari alur maju adalah flashback atau alur mundur, awal cerita merupakan penyelesain masalah
yang dihadapi oleh tokoh yang dilanjutkan dengan awal mula ermasalahan itu
sampai terjadi. Sedangkan alur campuran merupakan alur peristiwa yang dirangkai
dengan sebab akibat yang dibolak-balik yang dialam oleh tokoh.
Karena cerita itu sebenarnya adalah runutan peristiwa yang dialami oleh
tokoh, maka alur memiliki skema ata diagram yang dimulai dengan nol kemudian
merangkak satu, dua, dan seterusnya sampai puncak kemudian turun lagi.
Konkretnya alur memiliki tahapan-tahapan dari pengenalan pengenalan cerita,
awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaian/ending.
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara
penulis dalam menempatkan tokoh utama yang dituliskan dalam karyanya. Ada beberapa
pilihan sudut pandang yang bisa digunakan pengarang. Sudut pandang menggunakan
orang pertama, misalnya aku. Dengan menggunakan tokoh aku dalam menyampaikan
cerita, pembaca seakan menjadi orang yang megalami peristiwa yag disuguhkan
dalam cerita.
Pilihan yang kedua dengan
menggunakan sudut pandang orang kedua, atau pilihan yang ketiga dengan
menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang ketiga dapat
diganti dengan nama orang. Jadi pengarang menceritakan permasalahan kehidupan tokoh
sebagai orang yang bukan siapa-siapanya pengarang.
Langkah Proses Kreatif
Menulis cerita merupakan suatu kegiatan kreatifitas penulis atau dengan
kata lain merupakan proses kreatif. Proses kreatif yaitu sebuah proses yang dilalui pengarang untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Seorang pengarang tidak akan bisa menulis karya sastra dalam
bentuk puisi atau prosa tanpa melalui pengumpulan ide, pengembangan ide, dan
penyempurnaan ide dalam proses penciptaannya.
1.
Niat
Memotivasi diri
untuk dapat memulai menulis dan menyelesaikan karya dengan keyakinan bahwa bisa
melakukan apa yang diniatkan.
2.
Membaca karya orang lain
Membaca karya
fiksi orang lain sebagai dasar untuk belajar dan menjadikan referensi ide, pemilihan
kata (diksi), gaya bercerita, dan teknik penulisan.
3.
Ide dan genre
Gagasan atau ide
dapat dimunculkan ketika membaca tulisan diri sendiri atau karya orang lain. Menemukan
ide dengan cara mengembangkan imajinasi. Mengembangkan imajinasi dengan disesuaikan
pemilihan genre yang disukai dan dikuasai.
4.
Membuat outline
Kerangka disusun
berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi seperti dijelaskan di atas, dimulai
dari tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.
5.
Menulis
Membuka cerita
dengan baik misalnya menggunakan dialog, kutipan kata unik, atau konflik. Melakukan
pengenalan tokoh dan latar bisa dilakukan dengan menggabarkan secara langsung
atau melalui dialog, secara jelas kepada pembaca. Menguatkan sisi konflik
internal dan eksternal tokoh dengan menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat
logika dan memperkuat imajinasi. Susunan kalimat yang pendek dan jelas dengan
pemilihan kata (diksi). Menutup cerita melalui ending yang baik.
6.
Swasunting
Penyuntingan dilakukan
setelah selesai menulis karya yang dihasilkan. Tidak disarankan menulis sambil
mengedit. Penyuntingan difokuskan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata dan
istilah, aturan penulisan, ejaan, dan logika cerita. Usahakan menempatkan diri
pada posisi sebagai penyunting agar tega menyuntingtulisan sendiri.
Sumber:
https://melaluiruang.blogspot.com/2021/02/cara-menulis-premis-cerita-fiksi.html
https://id.wikihow.com/Menjelaskan-Latar-dalam-Cerita
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH