Islamic Centre
Merupakan
Suatu tempat Pengkajian dan Pengembangan Islam yang di dalamnya terdapat
kelengkapan fungsi serta fasilitas total untuk mewadahi segala kegiatan baik
itu berupa fungsi peribadatan, fungsi pendidikan, fungsi dakwah, serta fungsi-fungsi
yang lain seperti servis. Islamic Centre
sendiri diharapkan mampu untuk memfasilitasi segala kegiatan atau aktifitas
yang ada didalam satu kawasan (http://aricaesar.blogspot.com/2010/01/islamic-center.html).
Salah
satu fungsi Islamic Centre adalah
sebagai sarana kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pelayanan pembinaan
seremoni, pelayanan penasehat perkawinan (http://eprints.ung.ac.id/820/4/2013-2-23401-551309023-bab1-09012014030130.pdf).
Resepsi peringatan hari-hari besar, acara-acara seremonial yang lain seperti
wisuda, perpisahan, lomba-lomba, konser kecil, menggunakan bangunan yang di
sebut Islamic Centre.
Apakah
kegiatan yang dilaksanakan di tempat tersebut berseberangan dengan tujuan
fungsi dasarnya? Islamic Centre
didirikan untuk menunjang kegiatan Islami yang berdasarkan keislaman. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas umat dari berbagai kegiatan yang
meliputi ibadah, muamalah, takwa, dan ibadah. Dapat dikatakan bahwa Islamic Centre di Indonesia cenderung
sebagai tempat aktivitas kebudayaan Islam. Tentunya tidak mengesampingkan
saran-saran Islam lainnya yang sedang berkembang (Rupmaroto, 1981).
Wedding
Seperti yang kita ketahui bersama, pernikahan
adalah peristiwa agung bagi setiap individu. Dalam kacamata agama Islam,
pernikahan juga mendapat perhatian yang cukup serius. Siapapun yang hendak
menikah pasti menggunakan tata acara agama. Maka tidak salah jika peristiwa
istimewa ini dirayakan sedemikian rupa oleh para pelakunya.
Resepsi pernikahan atau yang dalam agama Islam
dikenal dengan sebutan walimatul ‘ursy bukanlah sembarang acara. Islam
memandang acara ini bukan sekadar pesta hura-hura. Resepsi pernikahan menurut
Islam adalah sebuah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus tanda resmi
akad nikah.
- Luruskan Niat, Supaya Selamat
- Membuat dan Menyediakan Hidangan Sesuai Kemampuan
- Mengundang Karib Kerabat, Tetangga dan Rekan-rekan Seagama, Baik dari Golongan Kaya Maupun Miskin
- Tidak Berlebihan
- Menyediakan Tempat Terpisah Bagi Tamu Laki-laki dan Perempuan
- Tidak Mengisi Acara Resepsi dengan Perkara Mungkar (Maksiat)
- Sebaiknya Resepsi Pernikahan Diadakan Setelah Dukhul (https://undangan.id/resepsi-pernikahan-menurut-islam/).
Apakah pesta pernikahan yang dilaksanakan di Islamic
Centre
sesuai dengan syariat Islam? Belum lagi standing
party, pertunjukan music (apalagi ada yang nyawer), dekorasi, yang
sebagiannya merupakan masalah khilafiyah.
Wisuda
Tampaknya, wisuda merupakan puncak keberhasilan
dalam jenjang pendidikan perguruan tinggi dengan strata tertentu, apakah itu
tingkat sarjana, megister ataupun doktor.Seremonial wisuda seakan telah menjadi
tradisi sebagai bentuk perayaan atas keberhasilan ini. Hampir semua
universitas di dunia menyelenggarakannya. Dewasa ini tak hanya perguruan
tinggi saja, tingkatan pendidikan lebih rendah telah pula mengadopsi tradisi
wisuda, bahkan Taman Kanak-Kanak sekalipun. Meski dengan rangkaian acara yang
disesuaikan dengan pemahaman mereka.
Dalam tradisi seremonial wisuda yang biasa
dilakukan itu, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.
Pertama,toga—pakaian
seragam—yang digunakan pada seremonial wisuda baik oleh para wisudawan/ wati
maupun para pejabat yang terlibat, seperti rektor, senat universitas, guru
besar dan lainnya. Pakaian ini juga mirip dengan apa yang dikenakan oleh para
hakim yang bekerja di pengadilan
dalam suatu persidangan. Jika coba ditelusuri asal muasal dan sejarah pakaian
ini maka akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa pakaian seperti ini berasal
dari sejarah peradaban Barat—dalam hal ini Romawi—dan kemudian menjadi tradisi
para sarjana Barat—Kristen. Penting diingat dalam sejarahnya para sarjana
Barat berasal dari kalangan gereja. Karena memang dalam tradisi Kristen, yang
mempunyai akses pada ilmu pengetahuan adalah kalangan agamawan. Jika dicermati,
sampai sekarang kalangan gereja masih mempertahankan bentuk pakaian seperti
ini. Begitu pula dengan tongkat khusus yang digunakan sebagai aksesoris selama
resepsi wisuda oleh beberapa kalangan elite perguruan tinggi. Ini benar-benar
merupakan tradisi gereja jika dilihat dari bentuk tongkat itu.
Kedua, berdirinya
para hadirin pada saat-saat tertentu, seperti di waktu rektor memasuki ruangan
dan berdiri manakala menyanyikan lagu kebangsaan. Lagi-lagi ini bukanlah
tradisi Islam, tapi diambil dari tradisi orang-orang Persia (Majusi) dan Romawi
(Kristen). Ini juga merupakan perbuatan para penguasa yang sombong dan para
pejabat yang angkuh.
Ketiga, adanya
nyanyian-nyanyian yang dibawakan dengan hymne (senandung),
seperti dalam nyanyian hymne universitas setempat maupun hymne universitas
sedunia. Padahal hymne itu sendiri dalam sejarah Yunani kuno selalu
didentikkan dengan kegiatan sakral kepada para dewa dan juga diadopsi oleh
gereja yang menjadikan nyanyian dengan senandung ini sebagai bagian dari
peribadatan mereka. Lebih-lebih lagi tatkala para petinggi universitas
memasuki dan meninggalkan ruangan diiringi oleh nyanyian tertentu—Gaudeamus
Igitur. Tidak diragukan lagi bahwa, umat Islam dilarang untuk meniru-niru
kebiasaan agama lain, apalagi hal itu merupakan bentuk peribadatan mereka.
Keempat, adanya
suatu prosesi di mana pihak yang ditunjuk seperti rektor, guru besar, dekan
atau pejabat perguruan tinggi lainnya memindahkan jambul yang ada pada topi
toga wisudawan/wati dengan posisi tertentu. Ini juga merupakan bukan tradisi
Islam dan sangat jelas bahwa hal ini mirip dengan cara pemberkatan para
pendeta dan juga Paus kepada jemaatnya, serta cara pemberkatan oleh para rabi
Yahudi, seperti pemberkatan pada para tentara Israel yang akan berperang dan
menjajah di Palestina.
Banyak
hal tentang seremonial wisuda yang mesti dibedah dengan kaca mata Islam. Namun
dari empat hal sederhana di atas, sangat mudah dipahami bahwa seremonial wisuda
seperti yang selama ini dikenal bukan berasal dari ajaran Islam, tidak pula
dari tradisi keilmuan kaum muslimin. Bahkan begitu terang lagi nyata semua hal
itu merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada kaum bukan Islam. Terlihat
dari sangat kentalnya unsur-unsur keagamaan dan tradisi kaum bukan Islam yang
mengiringi rangkaian acara pada seremonial wisuda.
Apakah acara wisuda yang dilaksanakan di Islamic
Centre
sesuai dengan syariat Islam?
Dan
mungkin acara-acara seperti kuliah umum, seminar, atau acara-acara yang lain
yang tidak mencerminkan kebudayaan Islam
harus ditinjau kembali oleh pengelola Islamic
Centre.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH