Header Ads

Sunday, April 24, 2022

Bola Bulat

 

Langit yang biru tak nampak dari pagi. Gugusan mendung putih keabu-abuan sudah seminggu selalu menyelimuti angkasa. Kadang menjadi hujan tak lebat kadang pula hanya gerimis, berselang-seling dengan hujan agak deras. Namun selama seminggu ini pula tak terjadi hujan yang amat deras. Bagi banyak orang suasana seperti ini enaknya bermalas-malasan sambil minum kopi dan gorengan hangat, nonton tivi atau main hp.

Di lapang Bintang begitu ramai banyak orang yang didominasi oleh remaja pelajar SMP. Pertandingan sepak bola PORDA antar SMP sedang berlangsung dan baru memasuki babak penyisihan. Jarum jam menunjuk angka 10.10 seperti pada iklan arloji pada umumnya. Namun pertandingan belum juga ada tanda-tanda akan dimulai. Anak-anak sudah jenuh menunggu. Sudah capek kata orang tua. Tapi anak-anak tetap antusias menunggu jadwal yang sudah ditentukan.

“Anak-anak ingat ya,  jangan sampe emosi kalao bermain”, Pak Udin mengingatkan pada anak asuhnya.

“Ya, Pak. Kapan mainnya, Pak? Dah bosan nunggu. Bekal udah habis lagi”, salah seorang siswanya berujar.

“Tenang ntar dikasih makan sama bapak. Tapi nasi doang, ya!”, sahut Pak Udin.

“Emangnya ayam, Pak?”, jawab Ucok yang disambut kemeriahan gelak tawa anak-anak.

Lha emang kamu orang?”, timpal Pak Udin.

“Yeeee”, anak-anak balik merespon jawaban Pak Udin.

“Pak emang kita main keberapa, sih?”, tanya salah seorang siswa yang lain.

“Ke-3, tadi kan udah bapak jelasin”, jawab Pak Udin.

“Uuuu...”, anak-anak mencibirkan dan ada yang menyambung, “Dasar oon, dodol”.

“Kan akoh  belon tau. Kan akoh  tadi jajan. Kan akoh  bekalnya banyak. Kan....”, belum juga selesai berkata ada yang menyela.

“Kan akoh  oleng”, dan disambut gelak tawa yang lain.

Memang Pak Udin sudah menjelaskan di awal sebelum berangkat. “Pada tekmit kemarin, Tim sekolah kita dapat undian 9 di grup B. Artinya, kita dapat bye bersama dengan undian 1 juga dapat bye. Kita langsung 8 besar grup. Kalo kita menang 3 x berarti juara grup dan masuk final melawan juara grup A. Hari ini kita main ke-3.  Sebelum berangkat mari berdoa,....”.

“Mang, saya duluan, ya!”. Setelah semua menaiki mobil bak terbuka, Pak Udin mendahului berangkat. Bapak kepala dan para siswa yang tak ikut dalam kegiatan PORDA mengantarkan dengan melambaikan tangan sambil bersorak sorai.

“Para hadirin dan penonton, waktu tenggang telah berlalu. Untuk itu sebagai pertanda bahwa tim kesebelasan undian 9 SMP N 2 Cipunagara hadir dan siap bertanding, dimohon segera memasuki lapangan pertandingan. Wasit yang memimpin...” suara dari pengeras yang menjadi sarana untuk kepentingan perlombaan terdegar nyaring.

“Horeeee....”, anak-anak bersorak sarai bahwa  pertandingan pertama menang WO.

Pak Udin mencari info tentang lawan yang kena WO. Pak Udin dengan sesama guru PJOK berkomunikasi. Akhirnya Pak Udin memberitahukan kepada anak didiknya kalo lawannya mengalami musibah. Pada pertandingan sebelummnya dalam keadaan hujan agak deras. Namun komisi pertandingan tetap melanjutkan pertandingan karena desakan dari para pembimbing agar tak membuang waktu dan menyita kegiatan lain. Pertandingan yang dilaksanakan dalam kedaan hujan yang dilewati membuahkan hasil 5:4 dengan adu pinalti. Namun kemenangan yang diperoleh harus di bayar mahal. Para pemain terserang demam dan tak dapat bertanding di pertandingan berikutnya. Jadi tim Spendra seakan menang di atas penderitaan tim lawan. Anak-anak merasa kurang gembira sesudah mendengar penjelasan Pak Udin. Namun apa boleh buat, mereka juga harus melaju ke babak berikutnya.

“Anak-anak, mari kita doakan smoga tim lawan kita yang kena musibah segera dapat pulih kembali”.

Kemudian Pak Udin memimpin berdoa. “Kita istirahat. Kalao mau lihat pertandingan dan perlombaan yang lain silakan, tapi harus tetap berkomunikasi. Kita akan bertanding lagi nanti pukul 2. Jadi setengah 2 kalian harus sudah ada di sini lagi”.

“Siap, Pak”, jawab anak-anak.

Keenambelas siswa yang mengikuti tim sepak bola, enam diantaranya tak beranjak dari tribun tempat mereka berkumpul.

“Males, Pak. Panas, takut item”, canda salah satu anak.

“Panas gemana, cuaca kayak gini dibilang panas”, jawab Pak Udin. Yang ditimpali hanya nyengir.

Sedangkan yang sepuluh orang terbagi menjadi 2 kelompok, 4 orang dan 6 orang. Dua kelompok menuju ke lokasi yang berbeda. Pak Udin berkoordinasi dengan sesama rekan Pak Udin yang membimbing tim sepak bola sekolahnya. Mereka tampak berdiskusi, berbincang kadang disertai dengan senyum dan tawa. Hari semakin siang namun matahari tak tampak. Langit tetap berwarna abu namun tak gelap.

Panitia sudah kembali menempati posnya masing-masing. Pengeras suara yang tadinya memutar lagu-lagu juga mulai check sound.

“Para hadirin, pembimbing,  pemain, dan penonton, pertandingan ke-5 pada pukul 12.30 hari ini akan di mulai. Tim yang akan bertanding dimohon untuk bersiap-siap dan memasuki lapangan pertandingan”, panitia mengawali suaranya. Dua tim mulai memasuki lapangan pertandingan. Kedua tim menggunakan kaos yang sama warnanya. Yang membedakan warna nomor punggungnya. Yang satu menggunakan nomor punggung berwarna biru sedangkan tim yang satunya nomor punggung berwarna putih. Seragam yang digunakanpun sepertinya masih baru dua-duanya.

Ternyata kedua tim membawa suporter. Tribun penonton yang tadinya hanya berisi para pemain yang menunggu giliran bertanding kini terisi oleh suporter kedua tim. Para suporter terbelah menjadi dua dan menempati tribun yang terhalang oleh pintu masuk. Mereka membawa bunyi-bunyian. Pertandigan pada sesi kali ini lebih meriah dibanding dengan pertandingan sebelumnya. Pak Udin tak begitu mengikuti pertandingan kedua tim. Kadang menelpon, membalas pesan, dan sekali-kali ikut bersorak dan memberi semangat pada tim yang dibimbing oleh kawan dekatnya.

Memang pertandingan sesi ini lebih hidup karena selain suara reporter panitia juga ada suara gemuruh penonton. Pertandingan tetap imbang tak membuahkan gol sampai dengan turun minum. Pada babak kedua tensi pertandingan agak sedikit naik sehingga ada dua kartu kuning keluar dari wasit kepada masing-masing satu pemain di kedua kesebelasan. Memasuki waktu akhir terjadi kemelut di depan gawang tim yang bernomor punggung putih dan membuahkan hadiah tendangan dua belas pas bagi tim bernomor punggung biru.

Dari tribun penonton terdengar teriakan-teriakan bernada mengejek, mengumpat, dan kata-kata kasar dari kedua belah pihak pendukung. Panitia bagian keamanan mulai bersiaga di dekat tribun mengantisipasi kalao terjadi keributan. Gelas dan botol plastik bekas air minum dilempar-lemparkan kearah lapang oleh pendukung tim bernomor punggung putih karena merasa tak puas dengan keputusan wasit.

Eksekusi dilaksanakan dan “Goooool”, teriakan reporter dan pendukung tim pencetak gol bersorak sorai, meneriakkan yel-yel, dan teriakan ejekan. Sampai pertandingan berakhir kedudukan tak berubah 1-0 untuk kemenangan tim yang bernomor punggung biru.

Pak Udin gelisah karena belum melihat anak-anak. Mau menelpon tak mungkin karena pasti kalah dengan suara kegaduhan penonton. Mau berpindah tempat takut justru akan menjadikan keadaan lebih tak menentu.

“Kalian tunggu di sini, ya! Bapak mau nyari teman-teman kalian di luar”, Pak Udin berpesan kepada siswa yang sejak tadi menemaninya.

“Ya, Pak!”, jawab mereka bebarengan.

Pandangannya mengelilingi tribun dari atas ke bawah ke samping, mutar lagi dan seterusnya. Kemudian menuruni tangga menuju ke bawah untuk ke luar. Sementara panitia bagian keamanan menggiring suporter yang memenangkan pertandingan keluar stadion agar membubarkan diri lebih dahulu. Suporter yang mendukung tim yang kalah diarahkan keluar dan diawasi. Pak Udin mengikuti arah suporter keluar dai stadion. Ternyata anak asuh Pak Udin sudah berada di bawah tangga pintu masuk. Mereka juga sudah mengenakan seragam lapangan.

“Dikira Bapak kalian masih berkeliaran di luar”, kata Pak Udin menyembunyikan kekhawatiran. “Ayo kita ke atas menaruh barang-barang bawaanmu!” mereka mengikuti Pak Udin menuju tempat duduk semula. Siswa yang tadinya bersama Pak Udin juga sudah siap dengan pakaian seragamnya.

“Baiklah, kalian pemanasan dulu, ya!” Pak Udin beranjak dari duduknya menuju ke lapang bersama timnya. “Masih ada waktu 10 menit untuk melemaskan badan dan mengakrabkan bola”. Lalu anak-anak melakukan pemanasan seperti biasa kalau mau main bola.

“Penonton dan hadirin sebentar lagi akan kita saksikan laga terakhir hari ini yang akan menjadi semi finalis kedua di grup B. Dua tim yang akan bertanding menggunakan seragam ala Chelsea dan berhadapan dengan tim yang berbaju ala Argentina”. Reporter membahas tentang seragam yang digunakan kedua tim yang akan bertanding di sesi terakhir. Dengan kepiwaiannya membuat penonton yang tinggal sedikit bertepuk tangan. Kalau dihitung mungkin penonton dengan pemain seimbang jumlahnya.

“Anak-anak, kalian jangan berpikir untuk memenangkan pertandingan”.

“Kenapa, Pak? Masak iya bertanding untuk kalah. Ya nggak?”, tanya seorang siswa.

“Iya, Pak. Kalo cuma mau kalah ya udah nggak usah capek-capek”, siswa yang lain menyahut.

“Bapak belum selesai  bicara kalian udah motong”, kata Pak Udin.

“Ohhh, ya Pak, maaf”, siswa yang tadi memotong pemicaraan berucap.

“Jadi kalian harus menunjukkan permainan yang sungguh-sungguh. Jangan memikirkan tentang kalah dan menang. Kalah dan menang itu pasti. Apalagi ini sistem gugur kan? Jadi salah satu tim harus menang dan yang lainnya harus kalah. Dengan menunjukkan permainan yang maksimal Bapak sudah senang”, Pak Udin menjelaskan.

“Ngerti Pak kalao begitu. Ayo semangat bro!”, kata Ucok sebagai kapten kesebelasan.

“Priiiiit”. Pertandingan dimulai. Baru tendangan pertama tim berseragam Chelsea yang dikomandani Ucok langsung diserang. Pak Udin langsung berdiri memberi aba-aba pada anak asuhnya. Menit demi menit serangan terus bertubi-tubi dialami oleh kesebelasan Chelsea Spendra. Sebutan yang diberikan oleh reporter. Untung saja tim ini memiliki penjaga gawang yang tangguh dan hebat. Itu juga sebutan reporter. Entah penjaga gawang yang hebat atau penyerang yang tak mampu menempatkan bola yang pas, yang jelas beberapa tendangan tak mampu menjebol gawang yang dijaga oleh Unang.

“Unang memang hebat”, kata Pak Udin dalam hati. Sampai dengan waktu turun minum kedudukan masih imbang 0-0 walaupun sebetulnya tim Ucok kalah skill individu dan taktik perminan. Pak Udin juga mengakui kehebatan permainan dan kecekatan tiap pemain tim lawan. Ketika istirahat yang setengah main dengan waktu 10 menit Pak Udin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memberikan strategi di babak kedua.

“Anak-anak, tim lawan memang hebat. Tapi Unang lebih hebat”. Unang terlihat busung dadanya diberi pujian oleh gurunya. Teman-temannya juga menepuk punggung dan ada yang mengusap kepalanya.

“Pada babak kedua ini kalian harus lebih berhati-hati. Setiap musuh menyerang dan kalian dapat merebut bola, buang bola jauh-jauh ke luar lapang lawan. Jangan ada yang menguasai bola. Ucok, bapak mengandalkanmu di depan. Hanya kamu satu-satunya pemain depan. Yang lain berada di bawah. Ingat, jangan sampai ada pemain yang melewati garis tengah kecuali ada lemparan dalam. Kita mengadu keberuntungan dengan adu pinalti saja. Bapak yakin Unang dapat diandalkan sebagai penjaga gawang yang tangguh”. Penjelasan Pak Udin dengan hati-hati dan setengah berbisik. Pak Udin takut ada orang yang mendengar dan memata-matai sehingga strateginya gagal. Anak-anak manggut-manggut, entah mengerti entah nggak mendengar.

“Priiiit…”. Peluit wasit dibunyikan. Kemudian tim Ucok membuat formasi lingkaran dan saling berangkulan untuk berdoa seperti yang di tivi. Setelahnya tangan disatukan dan “Bray….”, mereka berseru.

“Kita kembali ke lapangan untuk menyaksikan babak kedua antara Chelsea melawan Argentina. Akankah tercipta gol….” Reporter dengan lantang mengawal pertandingan babak kedua yang memang tak berimbang permainannya. Sudah dapat diprediksi kalau Ucok dan kawan-kawan bakalan dilumat habis di babak kedua ini. Serangan demi serangan langsung menusuk ke jantung pertahanan tim Ucok. Mereka ingat akan arahan pak gurunya yang sekaligus menjadi pelatih dan manajer tim. Bola harus dibuang jauh ke lapang lawan. Itu yang dilakukan oleh skuadron pertahanan tim Ucok. Dengan tenaga penuh setiap mendapat bola langsung ditendang sejauh-jauhnya. Bola yang ditendang kuat-kuat terkadang sampai ke luar batas jaring lapang. Jikalau kedua bola jauh ditendang, maka pertandingan berhenti beberapa saat. Tim lawan merasa dipermainkan oleh tim Ucok. Pendukung dan penonton juga merasa kecewa dengan pertandingan partai terakhir kali ini. Serangan yang dilancarkan hanya dibalas dengan tendangan kuat sampai jauh. Suhu pertandingan jadi meninggi di kubu lawan. Penonton mulai meninggalkan stadion. Penjaga gawang lawan nyaris tak pernah memegang bola. Ucok juga tak pernah kebagian bola.

Pertandingan sudah berjalan 25 menit, artinya lima menit lagi usai. Jika kedudukan masih 0-0, maka akan dlakukan perpanjangan waktu 2 X 10 menit. Reporter yang mengantarkan pertandingan berteriak-teriak karena Unang selalu mendapat ancaman yang sangat serius.

“Ooooohhh….”. penjaga gawang yang hebat. Tendangan yang cukup terarah dapat ditangkap oleh Unang. Unang kelihatan tegang. Ia berpura-pura mencari teman yang kira-kira dapat dikasih bola. Padahal sebenarnya hanya ingin mengulur-ulur waktu supaya waktu habis percuma. Ia memantul-mantulkan bola sambil melihat ke arah Ucok yang selalu saja menganggur. Dengan sepenuh tenaga, tendangan atas melambung tinggi ke arah Ucok. Tendangan terlalu jauh sehingga sampai melewati Ucok dan dibiarkan juga oleh pemain belakang lawan. Pada akhirnya bola ditangkap oleh penjaga gawang lawan.

Dengan buru-buru untuk mengakhiri pertandingan penjaga gawang menendang bola atas. Entah apa yang terjadi, penjaga gawang terpeleset jatuh dan bola tendangannya mengenai punggung temannya. Bola mantul kembali ke belakannya. Ucok yang tadinya membelakangi, secara reflek lari ke arah bergulirnya bola dan beradu kecepatan dengan pemain belakang yang satunya dengan jarak hampir sama dengan posisi Ucok. Ucok yang tak pernah mendapat bola masih memiliki tenaga yang cukup kuat untuk beradu kecepatan dengan pemain lawan yang selalu menyerang. Apa yang terjadi? Penjaga gawang yang terjatuh saat menendang bola berusaha bangkit kembali untuk menjaga gawangnya.

“Dua pemain penyerang Chelsea dan bek kiri Argentina beradu kecepatan mengejar bola pantulan, semakin dekat, semakin dekat, dan mereka menjatuhkan diri, dan woooow….gooool”. (Maret 2022)

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH