Header Ads

Monday, May 4, 2020

TIADA HARI TANPA MENULIS


TIADA HARI TANPA MENULIS
Ayahnya seorang guru sekolah dasar. Ketika masih kecil, beliau sering dibawakan buku-buku bacaan oleh sang ayah. Tentu saja hati gembira bisa melihat-lihat dan membaca banyak buku yang tidak semua anak seusianya berkesempatan. Berawal rari situ jadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil saya sudah menulis, sampai hari ini.
Tema kita kali ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN BUKU.

A : Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?
B : Ya cara menerbitkan buku, jawabnya.
A : Apa itu yang harus diperbaiki?
B : Pikiran dia tentang "Cara Menerbitkan buku."
Tapi dari dialog sederhana itu kemudian saya melihat ada 1 aspek yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa buku.
Hari ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali. Beda dengan 20 tahun lalu ketika beliau pertama kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali. Sekarang tantangan terbesar BUKAN pada menerbitkan bukunya melainkan pada MENULIS SETIAP HARI-nya.
Jika bisa menulis setiap hari, maka akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan akan sangat menarik bagi penerbit. Penulis tidak perlu mendatangi penerbit lagi mereka yang datang kepada penulis. Buku-buku beliau pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan menwarkan untuk menerbitkan naskahnya.
Beliau percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis sudah sesuai dengan yang mereka cari. Jadi pelajaran pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget.
Lalu bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari?
AUDIO 1
Menulis setiap hari itu butuh skill dan trik. Misal ketika bertemu dengan orangn, bagi banyak orang menulis tiap hari itu surprise. Ada penulis yang menerbitkan buku bukan dari tulisannya sendiri tetapi dari ghostwriter. Jadi menerbitkan buku bukan karya sendiri tetapi hasil dari ghostwriter. Ketika seseorang mengutamakan menerbitkan buku maka hanya 1 atau 2 kali menerbitkan buku karena bergantung dari orang lain. Berbeda dengan orang yang mengasah keterampilannya  tanpa memikirkan menerbitkan bukunya, dia bisa menerbitkan buku kapan saja.
Sekarang, saya akan membahas tetang 'WHY' -nya terlebih dahulu.
AUDIO 2
Mengapa perlu menulis setiap hari?
1.       Alah bisa karena biasa. Kalo membiasakan setiap hari maka akan terampil. Pun demikian dengan menulis karena menulis itu kombiasi antara berpikir yang runut dan menggerakkan jari, sehingga apa yang dipikirkan diterjemahkan dalam tulisan. Sering guru terampil berbicara di depan siswanya tetapi tidak terampil menulis jurnal. Karena tidak melatih otot motorik tangannya.
2.       Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa.
Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu atau butuh seseorang yang mau mendengarnya padahal, belum tentu ada yang mau mendengarkan.
Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya. yaitu, selembar kertas dengan pena kalau dulu kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana.
3.       Yang ketiga menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.
Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri.
Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, jika sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak? Kalau beliau satu hari satu artikel. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Kalau zaman dulu kalau akan mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Karena bukan hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan.
Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Jadi, yang penting dalam satu hari itu ada karya tulis yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Kenapa saya pakai kata KALAU? Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Ditahap belajar ini, sebaiknya tidak terlalu baper soal ada yang baca apa nggak. Kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedback-nya positif. Tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negative, yang penting menulis dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang, YAKIN akan dibaca.
Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu selanjutnya membahas WHAT-nya.
WHAT makes you write something? Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Pertanyaan sederhana ini tetapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti ditengah jalan. Jadi tanyakan kepada diri sendiri apa yang mendorong untuk menulis, apa tujuan Anda menulis?
1.       Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang. Dulu, beliau pernah berada di level itu. Beliau menulis untuk mendapatkan uang, karena butuh untuk biasa sekolah. Apakah saya berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan.
Menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis, tidak masalah. Seiring berjalannya waktu akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat menulis.
2.       Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Ini menurut yang paling sesuai dengan jiwa pendidik. Penulis juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang diharapkan. Royalti penulisan buku misalnya.
Lalu kalau menulis setiap hari Idenya dari mana? Segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra adalah sumber ide. Pegang teguh prinsip itu. Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke-6 kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Contoh, hal apa yang bisa tertangkap dengan panca indra sekarang? Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada suara orang yang lewat didepan rumah? Itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG! Gara-gara panci jatuh? Semua sumber ide.
Ide itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang kemudian menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan dan karena rangsangan itu selalu ada setiap hari, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari.
JAWABAN PERTANYAAN
1.       Pengalaman meulis beliau:
·         Beliau mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. Mulai dipercaya oleh penerbit sekitar 10 tahun lalu. Jadi 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Tapi, kondisi belia dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang sangat banyak penerbit. Bahkan menerbitkan sendiri pun bisa.
·         Kalau masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena masih pemula butuh mereka. Strateginya paling gampang adalah; terus ikut kursus menulis seperti, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan penyelangara. Yakin penyelenggara pelatihan bisa menghubungkan dengan penerbit. Jadi ininya seperti penjelasan diawal; fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karya berseliweran diruang publik. Nanti, bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
2.       Menulis setiap hari harus dipaksa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinkan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Beliau misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja dibidang HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa.
Menjaga keistiqomahan dengan menemukan WHAT MAKES YOU WRITE. Tapi jawabat dari WHAT tadi sifat individual. Kalau menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika hasil karya nggak jadi uang banyak. Tapi kalau punya alasan yang lebih tinggi lebih mulia lebih bernilai akan istiqomah. Beliau sekarang menulis lebih karena ingin agar Allah mengajari saya sesuatu. Lalu mengajarkan itu kepada orang lain. Makanya sekarang beliau justru lebih tertarik untuk menulis artikel setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan bisa lebih cepat sampai kepada orang lain. Kesimpulan: Temukan, hal apa yang bisa membuat ingin menulis. Atau apa tujuan menulis. Jika sudah ketemu, nanti akan dengan sendirinya menulis secara produktif.
·         #1. TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. Toh ini bukan UN kan? Kalau berbicara dengan penulis yang sudah pro, harus menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktik menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya.
Tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan. Dulu buku beliau yang judulnya "OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan.
·         #2. Targetkan 1 karya tulis. Panjang tulisan dan jumlah kata bebas yang penting karya tulis itu bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca mengerti. Contoh jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan tidak usah 1000 kata. Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang disampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan.
Proses latihan menulis, tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. Di sekolah dulu ada pelajaran mengarang. Gurunya bilang panjang tulisan minimal 1500 kata. Juga  tidak usah baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan. Harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. Pilih orang yang tidak akan bersikap negatif.
Kesimpulan: Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan penuh kekaguman, menulislah.
Kalau sebuah tulisan sedikit yang membaca, TIDAK BERARTI tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat. Tulisan-tulisan bisa dibuat kompolasi.
·         #3. Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan tulisan kecuali jika ada punya kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Kalau menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda lagi.
3.       Misal menulis dengan tema "DUNIA TANPA SUARA" saja sudah mengundang pertanyaan orang. "Apa maksudnya?"
Paragraf 1:
Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi. Bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Paragraf 2
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf terakhir
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti? Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. Kalau saya bilang: MULAI SAJA DARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran. Nanti akan mengalir dengan sendirinya.
4.       Bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. Kalau ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat.
Menulis itu buat diri sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, berikanlah yang terbaik kepada tulisan sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari yang diberikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan; akan menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. Teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH