TIADA HARI
TANPA MENULIS
Ayahnya seorang guru
sekolah dasar. Ketika masih kecil, beliau sering dibawakan buku-buku bacaan
oleh sang ayah. Tentu saja hati gembira bisa melihat-lihat dan membaca banyak
buku yang tidak semua anak seusianya berkesempatan. Berawal rari situ jadi suka
membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis.
Jadi sejak kecil saya sudah menulis, sampai hari ini.
Tema kita kali ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN
BUKU.
A : Saya tanya, cara
apa yang tidak Anda ketahui itu?
B : Ya cara menerbitkan buku, jawabnya.
A : Apa itu yang harus diperbaiki?
B : Pikiran dia tentang "Cara Menerbitkan buku."
Tapi dari dialog
sederhana itu kemudian saya melihat ada 1 aspek yang perlu diperbaiki pada
orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa buku.
Hari
ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali. Beda dengan 20 tahun lalu ketika
beliau pertama kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali. Sekarang
tantangan terbesar BUKAN pada menerbitkan bukunya melainkan pada MENULIS SETIAP
HARI-nya.
Jika
bisa menulis setiap hari, maka akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan
akan sangat menarik bagi penerbit. Penulis tidak perlu mendatangi penerbit lagi
mereka yang datang kepada penulis. Buku-buku beliau pada umumnya adalah hasil
dari penerbit datang dan menwarkan untuk menerbitkan naskahnya.
Beliau
percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis sudah sesuai dengan yang mereka cari. Jadi pelajaran
pertama, jangan lagi berpikir bahwa
menerbitkan buku itu susah. Gampang banget.
Lalu
bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari?
AUDIO 1
Menulis setiap hari itu butuh skill dan trik. Misal ketika bertemu dengan orangn, bagi banyak orang
menulis tiap hari itu surprise. Ada
penulis yang menerbitkan buku bukan dari tulisannya sendiri tetapi dari ghostwriter. Jadi menerbitkan buku bukan
karya sendiri tetapi hasil dari ghostwriter.
Ketika seseorang mengutamakan menerbitkan buku maka hanya 1 atau 2 kali menerbitkan
buku karena bergantung dari orang lain. Berbeda dengan orang yang mengasah keterampilannya tanpa memikirkan menerbitkan bukunya, dia bisa
menerbitkan buku kapan saja.
Sekarang, saya akan membahas tetang 'WHY' -nya terlebih dahulu.
AUDIO 2
Mengapa
perlu menulis setiap hari?
1.
Alah bisa karena biasa. Kalo membiasakan setiap
hari maka akan terampil. Pun demikian dengan menulis karena menulis itu
kombiasi antara berpikir yang runut dan menggerakkan jari, sehingga apa yang
dipikirkan diterjemahkan dalam tulisan. Sering guru terampil berbicara di depan
siswanya tetapi tidak terampil menulis jurnal. Karena tidak melatih otot motorik
tangannya.
2.
Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap
hari. Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara
otot-otot tubuh kita, juga jiwa.
Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa
menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu
kedalam bentuk tulisan dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika
kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam
perasaan itu atau butuh seseorang yang mau mendengarnya padahal, belum tentu
ada yang mau mendengarkan.
Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia
selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya. yaitu, selembar kertas dengan
pena kalau dulu kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana.
3.
Yang ketiga menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Jadi, jika terbiasa
menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.
Kesimpulannya,
kenapa perlu menulis setiap hari adalah karena seorang penerbit buku sejati,
bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.
Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya
secara mandiri.
Bagimana
kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun
dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, jika sungguh-sungguh ingin menjadi
penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Seberapa
banyak? Kalau beliau satu hari satu artikel. Nah kalau ukurannya jumlah
artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Kalau zaman dulu kalau akan mengirim
artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula
kesulitan. Karena bukan hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah
dengan jumlah kata yang ditentukan.
Artikel
itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat
dipahami oleh orang lain. Jadi, yang penting dalam satu hari itu ada karya
tulis yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Kenapa
saya pakai kata KALAU? Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Ditahap
belajar ini, sebaiknya tidak terlalu baper soal ada yang baca apa nggak. Kenapa?
Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedback-nya positif. Tidak sedikit orang yang berhenti menulis
karena pembacanya memberi feedback
negative, yang penting menulis dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar
minimal untuk dibaca orang, YAKIN akan dibaca.
Setelah
membahas tentang WHY yang berhubungan
proses membiasakan diri dalam menulis itu selanjutnya membahas WHAT-nya.
WHAT makes you write something? Apa sih
yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Pertanyaan sederhana ini tetapi
orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti ditengah jalan. Jadi
tanyakan kepada diri sendiri apa yang mendorong untuk menulis, apa tujuan Anda
menulis?
1.
Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang.
Dulu, beliau pernah berada di level
itu. Beliau menulis untuk mendapatkan uang, karena butuh untuk biasa sekolah. Apakah
saya berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Lebih banyak naskah
yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan.
Menjadikan uang sebagai pendorong utama
dalam menulis, tidak masalah. Seiring berjalannya waktu akan menemukan apa
dorongan yang paling cocok buat menulis.
2.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI
PENGETAHUAN. Ini menurut yang paling sesuai dengan jiwa pendidik. Penulis juga
bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang diharapkan. Royalti
penulisan buku misalnya.
Lalu
kalau menulis setiap hari Idenya dari mana? Segala hal yang bisa ditangkap oleh
panca indra adalah sumber ide. Pegang teguh prinsip itu. Berapa banyak
rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke-6 kita? Jumlah
rangsangan itu TAK TERHINGGA. Contoh, hal apa yang bisa tertangkap dengan panca
indra sekarang? Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada suara orang yang lewat
didepan rumah? Itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG! Gara-gara panci jatuh? Semua
sumber ide.
Ide
itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang kemudian menuangkan
hasil olah pikir itu kedalam tulisan dan karena rangsangan itu selalu ada
setiap hari, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Pengalaman
meulis beliau:
·
Beliau mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP
sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. Mulai dipercaya
oleh penerbit sekitar 10 tahun lalu. Jadi 30 tahun perjalanan terlebih dahulu.
Tapi, kondisi belia dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit.
Dan mereka punya bargaining power
yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang sangat banyak
penerbit. Bahkan menerbitkan sendiri pun bisa.
·
Kalau masih pemula, sebaiknya tidak usah
menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena masih pemula butuh mereka.
Strateginya paling gampang adalah; terus ikut kursus menulis seperti, lalu bikin
naskah sambil konsultasi terus dengan penyelangara. Yakin penyelenggara
pelatihan bisa menghubungkan dengan penerbit. Jadi ininya seperti penjelasan
diawal; fokus dulu kepada proses mengasah skill
menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karya berseliweran diruang publik. Nanti,
bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
2.
Menulis setiap hari harus dipaksa. Tapi,
'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinkan seorang
pembelajar yang belum memiliki 'refleks
menulis' sendiri. Beliau misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis
setiap harinya barus setelah bekerja dibidang HR. Bahkan bagi yang sudah biasa
menulispun butuh dipaksa.
Menjaga
keistiqomahan dengan menemukan WHAT MAKES
YOU WRITE. Tapi jawabat dari WHAT
tadi sifat individual. Kalau menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika
hasil karya nggak jadi uang banyak. Tapi kalau punya alasan yang lebih tinggi
lebih mulia lebih bernilai akan istiqomah. Beliau sekarang menulis lebih karena
ingin agar Allah mengajari saya sesuatu. Lalu mengajarkan itu kepada orang
lain. Makanya sekarang beliau justru lebih tertarik untuk menulis artikel
setiap hari kemudian diberikan secara free
daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan bisa lebih
cepat sampai kepada orang lain. Kesimpulan: Temukan, hal apa yang bisa membuat
ingin menulis. Atau apa tujuan menulis. Jika sudah ketemu, nanti akan dengan
sendirinya menulis secara produktif.
·
#1. TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan
sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. Toh ini
bukan UN kan? Kalau berbicara dengan penulis yang sudah pro, harus menuntut
mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah;
kemauan untuk terus praktik menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari
orang lain untuk perbaikannya.
Tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan. Dulu buku
beliau yang judulnya "OUTSHINE"
diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA"
ditulis naskahnya duluan.
·
#2. Targetkan 1 karya tulis. Panjang tulisan dan
jumlah kata bebas yang penting karya tulis itu bisa menampung buah pikiran
sehingga pembaca mengerti. Contoh jika kita ingin menulis dengan tema
"PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan tidak usah 1000 kata. Cukup 2
atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima
atau mengerti ide yang disampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1
artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan.
Proses latihan menulis, tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah
kata. Di sekolah dulu ada pelajaran mengarang. Gurunya bilang panjang tulisan
minimal 1500 kata. Juga tidak usah
baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan. Harus menerima diri
sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan 'tidak laku'
ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau
belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi
pribadi. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang
'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. Pilih orang yang tidak akan
bersikap negatif.
Kesimpulan: Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat
tulisan. Boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya
dengan penuh kekaguman, menulislah.
Kalau sebuah tulisan sedikit yang membaca, TIDAK BERARTI tulisannya
tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat. Tulisan-tulisan
bisa dibuat kompolasi.
·
#3. Tidak ada standar berapa lama masa
pengumpulan tulisan kecuali jika ada punya kontrak dengan penerbit. Misalnya
disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Kalau menulis untuk tujuan lain,
maka waktunya bisa beda lagi.
3.
Misal menulis dengan tema "DUNIA TANPA SUARA"
saja sudah mengundang pertanyaan orang. "Apa maksudnya?"
Paragraf 1:
Hey kamu.
Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara
didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi. Bisakah kamu membayangkan
seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu
bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Paragraf 2
Eh, tapi.
menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan
sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi
anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama
kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf terakhir
Nak. Kamu
sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah.
Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai
usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya
selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak
pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm,
ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya
dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih
banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari
Jumat nanti? Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. Kalau saya
bilang: MULAI SAJA DARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran. Nanti akan
mengalir dengan sendirinya.
4.
Bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang
buruk. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku.
Kalau ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat.
Menulis itu buat diri sendiri. Bukan buat orang
lain. Jadi, berikanlah yang terbaik kepada tulisan sendiri. Sehingga mendapat
yang terbaik dari yang diberikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang
ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan; akan menjadi
pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk
menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. Teruslah menulis. Karena dengan
menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH