Header Ads

Monday, May 4, 2020

DESAIN PEMBELAJARAN 4.0



Moderator Mr. BamS
Cara mendesain buku pembelajaran dengan teknik dan pendekatan yang digunakan adalah mengacu pada tokoh fenomenal bidang desain  pembelajaran yaitu Prof Dr. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick & Carrey. Secara umum dalam mendesain pembelajaran dan sekaligus menghasilkan bahan pembelajaran secara ilmiah pada bagan berikut ini:


Bahan lengkapnya ada pada ppt di atas.
Secara umum Proses perancangan desain pembelajaran terdiri dari 11 langkah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Langkah 1, kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut.
Langkah 2, Berdasarkan data yang didapat dari langkah 1 selanjutnya kita perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran/bahan yang akan kita rancang.
Langkah 3, Berdasarkan data langkah 2 selanjutnya kita mulai membuat analisis instruksional/ pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang.
Langkah 4, Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjadi target atau pemakai buku yang kita rancang.
Langkah 5, Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yang dikarang oleh Dick & Carrey yaitu instructional).
Langkah 6, Melakukan penyusunan TES.
Langkah 7, Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini saya merancang pembelajaran secara blended learning).
Langkah 8, Mengembangkan dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk bahan online bisa menggunakan teori Hannafin).
Langkah 9, setelah draf bahan tersedia (langkah 8) selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sbb: 1. one-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa); 2. One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berdasarkan dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah); 3. Evaluasi Small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasal dari kelompok, menengah dan bawah); 4. Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa  yang berasal dari kelompok atas, menengah dan bawah. Setiap tahapan muai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draf bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran.
Khusus untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.
Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
Contoh bahan pembelajaran yang di rancang dengan format Research dan versi penerbit adalah seperti berikut


Demikian sebagai pengantar, sekilas cara mendesain bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawaban, insyallah jika tahapan di atas dilakukan secara benar maka tidak akan terjadi kasus salah gambar dll. sebagaimana dahulu pernah terjadi di buku-buku yang beredar di lingkup dikbud khususnya jenjang sekolah dasar.
MEJAWAB PERTANYAAN
1.       Konsep blended learning bisa digunakan dengan media yang dipakai siswa dan guru dulu beliau menggunakan adalah Handphone. Praktik pembelajarannya memang menggabarkan antara pembelajaran di classroom dengan online. Cara praktis mendesain pembelajaran bisa ikuti alur yang ada di slide no. 7 tentang Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH).
Desain pembelajaran itu bisa untuk semua mata pelajarannya, yang membedakannya terletak pada isi pelajarannya. Kelebihan desain pembelajaran ini adalah akan mengasilkan buku pembelajaran yang bisa dijamin kebenaranya selagi prosedur dikerjakan dengan benar. Kelebihan lain juga desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen pendukungnya termasuk  model pembelajarannya sudah ditentukan.
Software yang pernah beliau untuk e-learning tersebut menggunakan moodle, murah meriah karena sifatnya open source.
2.       Langkah-langkah mendesain cara mengembangkannya sama dengan model Dick and Carry. Namun juga bisa mengkombinasikan dengan teori/model lain seperti pada langkah 8 selagi sesuai dengan karakteristik bahan pembelajarannya.
Teori Rowntre itu adalah cara-cara untuk membuat buku yang sifatnya tercetak. Dan Hannafin itu untuk merancang bahan yang non cetak alias online.
3.       Formatif adalah tes yang dibuat (modelnya bisa multiple choice, Essay dll) atas materi yang ada di bahan pembelajaran. Tes ini dibuat oleh si perancang buku yang sebelumnya telah melalui telaah oleh pakar dan uji validitas maupun reabilitasnya. Sedangkan Tes Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga lain (eksternal) atas kelayakan bahan yang dibuat oleh si Perancang buku tersebut.
4.       Blended learning itu sebuah model pembelajaran, sedangkan yang beliau maksud Reseacrh versi penerbit ini lebih pada aturan tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dll yang diberlakukan oleh penerbit jika buku tersebut dicetak oleh Penerbit.
Penerbit sudah mempunyai format tersendiri versi penerbit, penulis tinggal mengikuti outline. Beliau mendapatkan amanat dari penerbit Erlangga untuk membuat buku-buku SMK dengan outline sudah ditentukan pihak Erlangga.
Tidak ada persyaratan minimal jumlah halamannya. Yang pasti buku tersebut sudah mencakup semua materi hasil analisis pada langkah 3 dan 5.
Waktu yang dibutuhkan  untuk 1 buku/tahun beliau butuh waktu antara 6 sampai 10 bulan. Jika fokus untuk desain buku saja 6 bulan itu sudah selesai. Setiap bab harus diujikan untuk tahap Small group dan Field trial.

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH