Setiap
guru adalah penulis. Namun tulisan yang dihasilkan bukan merupakan tulisan yang
bisa menjadi konsumsi pembaca. Atau mungkin tulisannya tidak tersusun menjadi
sebuah karya yang bisa ditularkan kepada pembaca selain dirinya. Ada tingkatan
terkait dengan tulis menulis yaitu :
2.
I can’t do
it.
3.
I want to
do it.
4.
How do I
do it.
5.
I’ll try
to do it.
6.
I can do
it.
7.
I will do
it.
8.
Yes, I did
it.
Sebagai
guru seharusnya punya motivasi untuk menjadi penulis dan harus sudah menempati
level yang ke-8 yaitu “Yes, I did it”.
Anggap saja sebagai guru sudah mencapai tataran tersbut. Maka selanjutnya perlu
pengetahuan tetang bagaimana sesudah tulisan itu menjadi sebuah naskah yang
pantas untuk dibukukan.
Perlu diketahui
bahwa ada 4 stakeholders alur yang
harus ditempuh. Keempat stakeholders
tersebut adalah penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca. Namun perlu diketahui
juga bahwa kempat-empatnya merupakan sebuah ekosistem penerbitan yang bisa
digambarkan pada gambar 1.
Bagaimana
sebuah naskah bisa berubah menjadi buku, tentu malalui serangkaian proses prjalanan
yang pajang.
Proses
(1)
Naskah yang sudah jadi, setelah diserahkan kepada
penerbit
akan dilakukan peilaian terhadap naskah tersebut layak untuk
diterbitkan atau tidak.
Proses
(2)
Asumsikan saja bahwa naskah tidak dikembalikan yang
berarti diterima oleh penerbit sehingga penerbit memberitahu kepada penulis bahwa
naskah akan diterbitkan. Penerbit minta softcopy
kepada penulis serta menandatangani surat perjanjian, penerbit menunggu konfirmasi
kesediaan penulis memenuhi permintaan.
Proses
(3)
Setelah naskah softcopy
yang diminta disampaikan oleh penulis maka penerbit akan mengedit naskah
tersebut. Termasuk yang diedit adalah berkaitan dengan bahasa (ejaan, tanda
baca, istilah), kemudian men-setting
(ukuran buku, ada hiasan atau tidak, tebal buku, fontasi). Selain itu, ada tim
lain yang membuat cover disesuaikan dengan
target market.
Proses
(4)
Setelah menjalani
editing dan setting dicetak satu naskah proof
sebagai sampel buku yang sama persis dengan buku yang akan dicetak banyak.
Naskah proof tersebut dikirim ke
penulis supaya dikoreksi akhir agar tidak ada kesalahan fatal. Bila naskah
tinggal proof tetapi diubah total
akan memakan waktu yang lama. Maka kalau mengirim naskah ke penerbit harus yang
sudah jadi.
Proses
(5)
Proses berikutnya setelah naskah proof dikoreksi oleh penulis dan
dinyatakan final maka dikirim kembali ke penerbit. Penerbit melakukan koreksi
sesuai kemauan penulis dan akan dibuatkan
film yang akan ditempelkan di plat cetak. Satu kateren bisa 8 halaman, 16
halaman, atau lebih, tergantung ukuran buku. Tahap terakhir masuk ke mesin
lipat, dipotong, dibending.
Pada
akhirnya buku yang sudah dicetak akan berakhir di tangan pembaca. Pembacalah
yang akan menilai buku tersebut bermanfaat atau tidak. Paling tidak ada indikator
penulis yang bisa dikatakan berhasil yaitu akan memperoleh:
1. Kepuasan
Mendapatkan kepuasan karena bisa berbagi gagasan, pemikiran, wawasan, pengalaman dengan orang lain yang mungkin bermanfaat.
2. Reputasi
Reputasinya akan naik karena bisa dikenal oleh siswa, guru, atau orang lain di tempat penyebaran buku. Web-nya banyak dikunjungi, orang bertanya, sosmed dikenal, mendapatkan subscribe. Kalau tak ada indikasi tersebut berarti bukunya tak laku.
3. Karir
Dengan terbitnya bku maka akan mendapatkan nilai yang bisa untuk kenaikan pangkat, karena buku tersebut ada keterangan dari penerbit dengan ISBN nomor sekian.
4. Uang
Kalau bukunya laku di pasaran maka akan mendapat royalty dari penerbit, semakin besar semakin berhasil. Kalau hanya di pajang di toko buku yang rugi penerbit.
Sebenarnya
indikator buku itu akan sukses atau tidak, sudah kelihatan di awal dalam proses
penilaian oleh penerbit. Sistem penilaian penerbit yang digunakan sebagai
analisis ketersuksesan sebuah buku:
1.
Editorial dengan bobot 10%
Editorial yang menyangkut berbagai aspek
ternyata hanya berbobot 10 persen dari keseluruhan tingkat kesuksesan.
2.
Peluang Potensi Pasar dengan bobot 50%
Peluang pasar dalam hal ini pangsa pasar
atau pembaca sasaran adalah penyumbang bobot terbesar kesuksesan sebuah buku menurut
penerbit.
3.
Keilmuan dengan bobot 30%
Tingkat kedalaman ilmu buku yang dicetak
memiliki bobot kedua terbesar tingkat kesuksesan menurut analisis penerbit.
4.
Reputasi Penulis dengan bobot 10%
Ternyata reputasi penulis hanya
menyumbangkan kesuksesan buku yang sama bobotnya dengan editorial.
Bagi
penerbit kesuksesan buku sangat diharapkan karena akan memberikan keuntungan
yang besar. Oleh karena, itu penerbit menganalisis berdasarkan kuadran
katergori naskah untuk menentukan oplahnya.
Proses
penerbitan tidak lepas dari jumlah cetak (oplah). Jumlah cetak tergantung dari
posisi buku berada di kuadran mana. Pada gambar 2 dibaca searah jarun jam
- Tema tidak populer tetapi penulis populer maka akan terjadi market sempit lifecycle panjang. Penerbit tidak rugi tetapi laku tertunda,karena buku laku sepanjang masa meskipun tak di update, tak direvisi. Bahkan penulisnya sudah meninggal tetapi masih laku karena buku-buku tentang ilmu murni misal matematika dasar, fisika dasar, dll. yang tak akan berubah teorinya. Buku-buku ini bisa dicetak dengan jumlah menengah karena kalau terlalu banyak akan numpuk di gudang.
2. Tema populer penulisnya juga populer, ini peluang paling diharapkan penerbit karena sama-sama panjang baik market maupun lifecycle. Buku yang paling disukai penerbit karena buku-buku semacam itu selalu laku dalam jumlah besar. Misal ensiklopedi komputer, ensiklopedi tokoh dunia, ensiklopedi pramuka, kamus komputer dsb.
3. Tema populer tetapi penulisnya tidak populer maka analisisnya market lebar tetapi lifecycle pendek. Ini cocok bagi penulis pemula disarankan. Yaitu buku-buku tergantung perkembangan teknologi seperti buku informatika, buku komputer. Sekarang buku dicetak bulan depan ada rilis baru, maka buku itu tak laku maka harus direvisi supaya laku. Buku cetakan yang lama biasanya dimusnahkan penerbit supaya tak menimbulkan biaya gudang.
4. Tema tak populer demikian juga penulisnya tak populer maka pasti ditolak penerbit. Biasanya berita-berita harian, mingguan.
Tema yang sedang
dibutuhkan masyarakat itulah yang dinamakan tema populer. Untuk mengetahui tema
itu populer atau tidak maka dicari di google
trend. Sedangkan untuk mencari peluang pasarnya lihat grafisnya cenderung
naik, turun, atau stabil. Kalau stabil di atas berarti punya peluang yang bagus.
Perlu diperkirakan juga sampai kapan peluang itu ada. Yang paling enak adalah
buku pelajaran yang akan selalu laku di awl semester.
Untuk
megetahui reputasi penulis dapat dilihat di (kala dosen) google schooler atau google
cendekia akan kelihatan sudah punya karya berapa buku, berapa jurnal. Karya-karya
yang dihasilkan banyak dibaca atau dicari orang atau belum, sudah banyak
dikutip atau belum. Yang bisa dipertanggungjawabkan apabila minimal disitasi
2000x oleh pembaca. Kalau guru pernah menulis buku belum, tracks record-nya bagaimana, mengajar mata pelajaran apa saja, pendidikannya
bagaimana, komunitasnya seperti apa, kalau medsos blog-nya bagus pengikutnya (banyak) merupakan peluag pasar, atau di
FB jadi admin grup yang anggotanya ribuan juga merupakan peluang besar.
Selain
itu penerbit juga tak pernah melihat dan mempedulikan seligkung apapun yaag
penting gaya selingkung dalam satu naskah itu konsisten di awal pakai gaya (American Psychology Association) APA
diakhir pake gaya APA, kalau di awal (Michigan
Language Association) MLA sampai akhir tetap MLA.
Dari
sekian banyak penulis, ada yang mempunyai sifat idealis ada nada yang
industialis. Penulis yang idealis cenderung tak butuh duit, tak pernah tanya royalty dll. Misalnya punya masalah
dengan penerbit tentang judul buku yang kurang bagus walaupun kontennya sangat
bagus. Tetapi judul tak boleh diganti karena bisa mengubah persepsi.
Sebenarnya
penulis idealis itu dulunya penulis industrialis (yang semata-mata tentang
uang, finansial) tetapi sejalan dengan berjalannya waktu berubah menjadi
penulis idealis. Biasanya para guru besar yang memiliki visi idealis karena
konten keilmuannya tinggi. Padahal penerbit lebih memilih buku dengan konten
dasar yang punya pangsa pasar pembaca cukup luas. Karena keuntungan penerbit
jika laku lebih dari 3.000 eksemplar.
Sebelum
calon buku diterbitkan terlebih dahulu melalui proses administrasi. Proses
menggambarkan ststus naskah sampai dimana. Yang biasa dintanyakan adalah royalty. Padahal royalty diberikan apabila buku sudah laku dan diberikan persemester.
Penerbit
Andi menerima naskah buku senabanyak 300 sampai 600 naskah perbulan. Padahal
naskah yang diterima hanya 40-60 naskah. Naskah yang diterima itu :
1. Naskah yang diterbitkan yang laku di pasar menurut analisis penerbit;
2. Naskah terbit berdasarkan Mou antar lembaga, jadi harus ada lembaga yang menaungi penulis misal PGRI;
Kalau bukan skema 1 atau 2 maka buku dapat diterbitkan apabila:
3. Naskah terbit berdasar Mou perorangan;
4. Naskah terbit berdasar Program Andi Pro Litersai, Penulis meyediakan dana 10 jt. Buku tak diedarkan tetapi dijual dalam bentuk e-book.
Dalam
menulis buku harus melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) agar cepat
dan aman.
Langkah pertama : membuat buku Sinopsis (di cover belakang) yang ditulis dalam sebuah paragraf berisi :
1. Konten buku secara singkat apa saja yang menarik dalam buku itu;
2. Prasarat untuk membaca buku yaitu buku itu untuk SD, SMP dst. Jurusan apa
3. Tujuan buku ditulis supaya apa pembaca itu, golnya apa,
4. Konsumen siapa yang dituju apa ibu-ibu se-Indonesia
Langkah kedua :
1. Menentukan tujuan penulisan buku lebih detail dan lebih dalam.
2. Membuat kerangka karangan/outline berupa daftar isi. Daftar isi dibuat dulu agar tahu progresnya. Jangan menulis buku kalau daftar isinya belum jadi.
Langkah ketiga : membuat tujuan dan
manfaat lebih dalam dan lebih luas. Dijelaskan angka-angka lebih jelas sasaran
pembaca dari sisi apa buku ini menang dari buku pesaing. Dipakai untuk siapa
ada berapa. Misal untuk siswa SD, siswa SD seluruh Indonedia ada berapa dst.
Langkah keempat : Mejelaskan tujuan buku untuk siapa (pembacanya)
dan bagaimana. Dihalaman paling akhir buku yang ber-ISBN akan didokumentasikan
di Perpusnas.
Langkah kelima : Lembar tentang penulis
disesuaikan konten buku dana ditulis dalam 1 paragraf.
Tidak ada satu judul
buku pun di dunia yang ditulis dan diterbitkan tanpa referensi buku yang lain,
jika menulis satu judul buku hanya dengan 1 referensi buku yang lain disebut
plagiator. Jika menulis satu judul buku dengan banyak buku yang lain disebut
riset. Tapi belum ada aturan jumlah buku referensi, semakin banyak semakin
bagus. Cara mengutip buku itu yang disebut selingkung harus tertib.
PERTANYAAN
1.
Buku yang pernah diterbitkan dan memiliki ISBN berarti
buku itu sudah legal terbit. Kalau diterbitkan kembali namanya CETAK ULANG. Kalau
akan diterbitkan sebagai buku baru maka harus direvisi total. Kalau cetak ulang
maka harus ada surat pengakhiran kontrak dengan penerbit lama, jika revisi
total bisa dengan penerbit baru dengan kontrak baru. Tetapi selama tidak ada
perjanjian yang mengikat dengan pihak manapun tulisan bisa diterbitkan oleh
penerbit mana saja.
2. Agar tulisan bisa diterbitkan oleh Penerbit Andi
tema dan nama penulis harus populer, tapi salah satu saja nggak papa, oleh
karena itu tulis buku yang temanya populer dan dibutuhkan masyarakat banyak. Selain
itu Penerbit ANDI menerbitkan tema apa saja asalkan diperkirakan buku itu akan
laku. Penulis pemula yang dilirik penerbit mayor adalah penulis yang punya naskah bagus yang marketable. Ingat Semua penulis hebat
mulai dari nol, yang membuat mereka berhasil karena pantang putus asa, dan
tidak berhenti menulis. Penting bergaul dengan penerbit sehingga tahu apa yang
dimaui penerbit.
3. Proses awal pengiriman tidak perlu lengkap. Yang
penting daftar isi, sinopsis dan dua bab awal sebagai contoh dan dikirim berupa
hardcopy. Naskah yang tidak lolos
saat dinilai penerbit akan tragis jika penulisnya putus asa. Maka jangan putus
asa sebagai penulis, terus komukasi dengan penerbit manapun agar ada solusi
naskah itu tetap terbit.
4. JAWAB : Buku kewirausahaan untuk SMK sudah
banyak kita temui termasuk dari Penerbit ANDI, namun buku-buku tersebut
diterbitkan sesui dengan kisi-kisi kurikulum yang tidak ada unsur motivasi
sebagai wirausaha. Akan sangat baik jika nulis buku pengayaan untuk SMK yang
berisi motivasi menjadi pengusaha. Saat ini buku cetak maupun e-book dua-duanya dipasarkan dengan
baik.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH