Dalam dunia pendidikan, ada dua
jenis guru yaitu guru betulan dan guru kebetulan. Guru betulan memang cita-citanya
menjadi guru, ingin mengajar, guru yang diidamkan, punya enegri untuk mengajar
bertemu dengan siswa, dan menularkan ilmunya. Sedangkan guru kebetulan adalah
ada lowongan , lulus seleksi guru, diterima jadi guru, ada yang butuh guru, ada
yang mengajak jadi guru.
Menjadi guru kebetulan akn menjadi sesuatu yang salah kalau kebetulannya
terus menerus, jadi tak mau belajar. Dan akan bisa menjadi guru betulan kalau mau
belajar, mau mengerti ini sebuah proses
yang harus dijalanakan.
Guru betulan atau kebetulan masalahnya mau menerima sebagai pilihan
mulia mau memberi mau mencintai profesi. Karena guru adalah kurikulum yang
sesungguhnya.
Apabila dibedakan berdasarkan kinerjanya, ada 3
tipe guru yaitu guru nyasar, guru bayar, dan guru sadar.
1.
Guru Nyasar
Adalah guru yang tidak punya tujuan
dalam profesinya sebagai guru. Guru tipe ini ujung-ujungnya akan menyesatkan.
Siswa bisa membenci pembelajaran karena guru ini tidak berenergi, tidak punya
target.
2.
Guru Bayar
Tipe guru ini, bekerja dberdasarkan
seleri yang didapatkan. Semangat mengajarnya biasanya ketika mendapatkan uang.
Guru tidak semangat karena profesi guru kurang menjanjikan di bidang finansial.
3.
Guru Sadar
Berbeda dengan tipe guru yang ketiga
yaitu guru sadar, guru yang mampu menyadarkan, dicintai siswanya, menjadi
pelayannya. Guru yang dirindukan dengan gaya motivator. Guru yang menjadi
konektor kebaikan, menjadi konektor keilmuan yang layak untuk dicintai.
Peran
guru sesungghnya adalah mengajar,
mendidik, menginspirasi, menggerakkan. mengajar hanya memindahkan keilmua. Akan
kalah dengan metode online misalnya. Menddk harus menjadi idola, mejadi contoh,
teladan. Biss memasukkan nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, menolong,
membantu, yang mampu menginspirasi. Guru mampu menggerakkan, mengerjakn apa yang
disarankan , apa yang diperintahkan.
Ada
lima langkah mengajar dengan gaya motivator :
1. Menarik & menyenangkan;
Guru harus memiliki daya tarik; meranik apa yg
terlihat. Guru harus dirindukan karena menyenangkan dari apa yang dirasakan.
Menarik penampilan dengan terbaik, perilaku yang baik, layak dizinkan
memperhatikan bukan sekedar melihat, mendengarkan bukan sekedar mendengar.
Karena pada siswa ada pintu untuk diizinkan dan tidak diizinkan.
Pintu terbuka apabila suka belajar
dengan guru tersebut, nyaman belajar. Sedangkan pintu tertutup berarti tidak
diizinkan, menolak tak suka belajar dengan guru yang bersangkutan.
Sebelum mengajar siswa harus menerima
guru terlebih dahulu, mengizinkan dahulu. Untuk diizinkan harus menyenangkan,
untuk menyenangkan harus mampu memahami bahwa siswa berbeda dengan guru. Guru
harus memahami siswa, dari DI- menjadi ME-. Sesuatu yang menarik lebih penting daripada penting
tetapi tak menarik.
·
Membuka pintu mengizinkan dengan cara pertama yang menyenangkan, masuk kelas
dengan tersenyum karena masalah guru bukan masalah siswa. Kedua masuk dengan salam yang berbeda, misalnya siapa yang menjawab
salam akan menjadi orang hebat, dan seterusnya; baru mengucapkan salam. Ketiga berikan apresiasi, misalnya saya
suka dengan kelas ini, saya suka dengan kalian, danseterusnya.
·
Membuka pintu mengizinkan dengan cara memberikan
simulasi atau game. Game tepuk tangan, tebak-tebakan, game gerak. Setelah
nyaman baru memulai dengan pembelajaran.
·
Membuka pintu mengizinkan dengan cara memberikan
apresiasi. Hargai proses, menangkap basah kebaikan tempa besi selagi panas. Apresiasi
bisa pada personal ataupunklasikal. Guru harus menjadi konektor kebaikan jangan
menjadi konektor kejelekan.
2. Menemukan titik lebih dan motivasi
Kalau guru mengingin katak bisa terbang,
burung bisa berenag maka akan tampak kebodohnnya. Siswa minder, rendah diri
karena diberi momentum kekurangnnya. Guru yang mengetahui kemampan matematika
siswanya bagus akan diterima oleh siswa tersebut kalau masuk lewaat matematika.
Berikan motivasi, “Kamu akan jadi hebat melalui matematika, tapi juga kamu akan
menemukan kehebatanmu pada pelajaran lain”. Yang piter nyanyi beri dia panggung
sebelum pelajaran. “Suaramu bagus, kamun hrs rajin belajar, karena ketika kamu
tampil dan pelajaranmu bagus akan menghantarknmu menjadi orang sukses. Jadi
intinya temukan nilai tambah setiap siswa. Berikan momentum berdasar nilai
lebih.
3. Memberikn momentum
Setiap siswa harus diberikan momentum
(kesempatan) sehingga mereka merasa bermakna. Ilamu tidaklah mahal tetapi
momentumlah yang mahal. Setiap siswa diberikan kesempatan menjadi duta
sekolahnya. Siswa yang senang Pramuka, berikan ksesempatan mengikuti ajang
ketangkasan kepramukaan. Demikian juga siswa yang lain yang menyukai
bidang-bidang yang lain diberikan kesempatan yang sama. Bukan memberikan kepada
siswa yang itu-itu saja karena siswa tersebut memiliki multi talenta. Momentum
diberikan bukan untuk menjadi juara tetapi agar merasa dipercaya. Guru yang
hebat adalah guru yang mampu menjadikan kerang mutiara bagi siswanya.
4. Menjadikan
pemain bukan penonton
Jadikan siswa menjadi bagian dari
sejarah kehidupannya bukan sekedar bisa bercerita. Misalnya, “Seandainya kamu
jadi Walu Kelas atau Kepala Sekolah, apa ide kamu?” Kalau ide yang dikemukakan
siswa tersebut dijalankan, maka siswa tersebut akan ikut bertanggung jawab
dalam pelaksanaan. Gru yang hebat adalah guru yang mampu mewujudkan kehebatan siswanya. Orang yang
hebat itu bukan orang yang memiliki kelebihan tetapi orang yang mampu
menghebatkan orang disekitarnya.
5. Memberikan label positif
Label itu membangun persepsi, membangun
rasa. Label positif akan berpengaruh positif. Kata-kata adalah proposal hidup,
dan akan terwujud seperti yang diproposalkan. Label yang disepakati akan
membangun persepsi. Kata-kata itu mempengaruhi pola kehidupan. Misal, “Saya suka mengajar kalian.” Akan berbeda
persepsi jika, “Kalian ini susah diatur”.
BERTANYA BERJAWAB
Guru
BAYAR dan guru NYASAR berpotensi menjadi guru sadar. Hal ini terkait dengan
meluruskan niat keinginan yang kuat karena terkait latar depan. Latar belakang
ilmu tidak linier dengan pelajaran yang diampu, bukan dari keguruan tetapi
karena belajar dengan metode-metode yang tepat maka akan menjadi guru. Namun
tidak akan bisa menjadi guru sadar apabila tidak mau keluar dari zona
kenyamanannya.
Guru
harus bisa membangun persepsi, karena persepsi itu tanggapan umum. Apabila
persepsinya jelek dan terbukti maka akan menguatkan bahwa informasi itu benar.Banyak
guru yang mengajar dengan pembelajaran yang menjenuhkan. Guru belum mampu
menginspirasi. Suasana kelas yang hanya menyelesaikan kurikulum namun tidak ada
suasana bahagia. Hal ini menyebabkan siswa susah menuruti kemauan guru. Padahal
siswa bisa menerima hal-hal baik asal penyampainnya menarik dan menyenangkan. Misalnya
membuat game harus sesuai dengan usia
siswa. Semua ilmu akan menjadi nyata apabila diamalkan, aksi yang akan
bermanfaat. Guru yang hebat adalah yang mampu mengaplikasikan, mempraktekkan,
yang memperbaiki, dan mengevaluasi diri.
Gol
yang diciptakan tidak bisa membuat semua penonton bahagia. Apa yang kita yakini
itu yang tervisualisasikan, kita adalah apa yang ada dipikiran kita. Sifat
dasar siswa adalah menghargai guru yang menghargai mereka, menyenangi guru yang
mengajar dengan menyenangkan. Tak ada siswa nakal atau bandel, yang ada adalah
anak yang kurang mampu mendapatkan tali cinta sehingga mencari perhatian dengan
caranya.
Siswa
yang malas mungkin karena tidak tertarik dengan pelajarnnya atau belum
menemukan cara belajar yang tepat. Mungkin
juga menyamaratakan dengan siswa yang sudah menemukan cara belajarnya.
Dekati siswa tersebut dengan bakat yang dimiliki, mencari tahu penyebabnya bisa
seperti itu. Berikan label positif. Label bagian dari apresiasi, jadi caranya
dengan memberikan label positif.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH