Header Ads

Saturday, April 11, 2020

DASAR MENULIS KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF


DASAR MENULIS KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF
Bersama Imam Fitri Rahmadi
Pemilihan Kata
Perihal pilihan kata disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan hal yang sama. Cermati tiga kalimat di bawah ini:
1.       Ibu guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah.
2.       Ibu guru sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah.
3.       Ibu guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah.
Berbeda satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat.
Penulisan Kalimat
Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran.
Sederhana:
·         Saya membaca tulisan di blog.
Gabungan:
v  Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.
Kompleks:
ü  Saya membaca tulisan di blog ketika sedang bekerja dari rumah.
Campuran:
Ø  Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.
Penyusunan Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok. Supaya enak dibaca dan tulisan mudah dipahami, susun paragraf deduktif.
Gunakan bentuk kalimat sederhana untuk membuat kalimat topik. Cara gampang untuk membuat kalimat topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Bentuk kalimat penjelas harus bervariasi, terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi sebagai transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak dibaca, dan mudah dipahami.
Contoh paragraf yang baik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.
Materi di atas hanya cuplikan dari materi yang sebenernya. Pemahaman Anda akan semakin komprehensif jika sudah membaca materi secara keseluruhan.
Berangkum Tanya Jawab :
A.      PROSES MENULIS
Tips dan trik:
Perbanyak input: membaca
Berlatih: mencoba sedikit demi sedikit beberapa dasar menulis yang sudah dipelajari
Menulis: rajin menulis
Literasi digital generasi milenial masih sangat minim. Gerakan literasi digital di Indonesia sudah banyak yang mengarah ke penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi, dan lainnya. Justru yang kurang adalah literasi digital untuk keperluan akademik sebagai bekal generasi milenial untuk belajar di era digital. Belum ada gerakan literasi digital yang mengarah ke situ.
Narasumber mulai rajin menulis sejak kuliah S1 dengan mengikuti salah satu komunitas menulis tentang narasi lokal di sini: https://akumassa.org/id/author/imam-fitri-rahmadi Jenuh sesekali datang. Caranya tutup laptop, jalan keluar. Baru balik lagi dengan pikiran yang fresh 2. Tulisan Narasumber pernah tidak dihargai, jangankan orang lain, narasumber juga pernah tidak menghargai tulisannya sendiri. Menulis merupakan sebuah proses yang lambat laun akan suka dengan tulisan sendiri. Selama proses tersebut, "bodo amat" saja dengan semua kata orang. Seperti semangat yang selalu disampaikan Omjay, menulis saja terus dan buktikan apa yang terjadi. Yang lebih penting, temukan motivasi internal dalam diri kenapa harus menulis.1.       Menulis personal seperti update status dan lainnya mudah. Menulis formal seperti menulis berita dan laporan formal membutuhkan dasar literasi yang cukup. Menulis akademik seperti menulis laporan penelitian dan artikel jurnal membutuhkan dasar literasi yang tinggi.2.       Ada yang bilang, tidak ada yang baru selama masih berada di bawah sinar matahari, jadi segala kebaruan (inovasi) yang ada pasti ada silsilahnya ke belakang, maka studi pendahuluan paling tidak dengan systematic literature review harus dilakukan. Apalagi menulis untuk jurnal Scopus, novelty-nya harus kuat. Untuk menyatakan bahwa tulisan punya kebaruan, tidak bisa hanya dengan klaim semata, tetapi harus dengan pembuktian dari apa yang sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya ternyata belum menyentuk pada fokus penelitian yang dilakukan.
Proses dan rahasia kreatif adalah dengan membaca. Inspirasi itu secara ilmiah bukan berarti ditemukan dengan merenung di bawah pohon atau duduk di pinggir danau sambil melamun. Jika ingin menulis, berarti harus banyak baca dulu. Memperbanyak input sebelum output-nya ditulis.
Hambatan terbesar adalah mencari niche alias topik yang orisinil yang belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah menyebutnya sebagai tantangan. Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari reserach gap sebagai novelty penelitian kita.
Curah gagasan atau bahasa kerennya brainsorming memang sering dilakukan untuk menghimpun ide, biasanya lebih efektif dengan berdiskusi dengan orang lain sebagai lawan berpikir. Cara yang sudah disampaikan oleh Budiman Hakim out-of-the-box banget dalam mencari dan mendokumentasikan ide.
Bahasa secara alamiah memang seperti itu, baik dari segi writing, speaking, listening, maupun reading. Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk mengolah bahasa kembali. Solusinya, membiasakan diri kembali untuk menulis. Sebetulnya tidak mengulang dari awal, tinggal me-recall/memanggil kembali kebiasaan dalam menulis waktu dulu, kemudian mulai dibiasakan lagi mulai dari sekarang hingga ke depannya.
Artikel bebas atau artikel populer bisa menggunakan antara kata personal atau formal. Yang pasti, kata ganti orang sangat dihindari dalam penulisan akademik. Dalam konteks blog, saya dan Anda masih termasuk formal, para blogger profesional banyak menggunakan kata ganti itu. Aku dan kamu bisa digunakan juga supaya terasa lebih personal. Jadi, lihat kembali siapa pembaca.
Dalam menulis fiksi tidak harus menggunakan kata baku. Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, "terserah . . ." Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi. Namun, ada satu hal yang tetap dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan yang ingin disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi. Tetapi, dalam penulisan paragraf tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.
Jika dalam karya fiksi dan/atau dalam penulian personal, ide justru disimpan. Seperti cerpen yang ada plotnya, ide ditaruh di klimaks atau dikasih tahu pelan-pelan supaya pembaca penasaran.
Namun, dalam penulisan non-fiksi dan/atau penulisan formal dan akademik, ide justru harus disebutkan secara gamblang di depan. Ide harus sudah ditonjolkan di pendahuluan, diturunkan jadi kalimat topik, dan disimpulkan di akhir. Misal, dalam menulis artikel jurnal, bahkan ada yang namanya abstrak yang berisi isi tulisan, dengan membaca abstrak saja sudah tahu gambaran seluruh isi artikelnya.
Tulisan fiksi lebih fleksibel daripada tulisan non-fiksi. Namun, kalau terkait EYD atau yang sekarang adalah PUEBI, kedua jenis penulisan harus sesuai dengan aturan PUEBI kalau tidak akan sudah dipahami. Beda kalau terkait kata, kalimat, dan paragraf, karya fiksi terserah tidak harus sesuai dengan aturan dasar yang kita bicarakan barusan.
Kata yang benar adalah kata yang digunakan sesuai dengan tujuan dan konteksnya. Kata yang baik adalah kata yang bisa menyampaikan informasi sesuai yang diinginkan oleh penulis sesuai dengan target pembaca. Pemilihannya berati disesuaikan dengan tujuan, konteks, dan target pembaca.
Kaidah menulis sesuai dengan konteksnya, dan lebih berlaku untuk penulisan formal dan penulisan akademik. Dalam kasus Ibu Siti yang menulis di blog secara personal dengan gaya sesuka hati, sebetulnya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang dan menyalahkan. Namun, bisa jadi tulisan akan sedikit susah dipahami karena tidak sesuai dengan kaidah yang lumrah. Saran saya, sebebas-bebasnya menulis, sebaiknya kaidah dasar menulis tetap diterapkan meski tidak seketat kalau mau menulis formal atau akademik. Tulisan yang baik dan menarik adalah yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan, terutama ini dalam konteks penulisan formal dan akademik
Tulisan yang akan diterbitkan tidak ada ketentuan dari penerbit naskah harus bahasa baku. Dalam tata bahasa Indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara penulisan tersendiri. Biasanya dengan dicetak miring. Semua tergantung konteks dan terget pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia, naskah teman narasumber diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak masalah karena target pembaca anak alay.
Membenarkan tulisan orang lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit. Mending ditulis ulang dengan kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit baju dari awal daripada harus benerin baju yang salah jahit. Namun, jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, akan mudah mengoreksi tulisan orang lain.
B.      PENGGUNAAN KATA
Ada 6 prinsip dalam memilih diksi:
1.      Pilih kata yang mudah dipahami
2.       Gunakan kata yang spesifik dan kontekstual
3.       Pilih kata yang paling kuat diantara pilihan diksi yang ada
4.       Lebih baik, tekankan pada penggunakaan kata yang positif daripada sebaliknya
5.       Hindari penggunaaan diksi yang tinggi secara berlebihan
6.       Juga hindari diksi yang terlalu jadul
Jadil, sekali lagi, diksi dipilih sesuai target pembaca.
Diksi tidak perlu indah yang penting sampai pada pembaca. Jadi, dalam memilih diksi sesuaikan dengan target pembaca. Diksi yang terlalu tinggi itu justru bikit tulisan melayang dan tidak menyentuh ke tanah. Ibaratnya begitu. Itu istilahnya adalah inflated words. Bisa. Cara penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian dikasih penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan tersebut. Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia semua orang sudah paham kalau iti istilah di luar bahasa Indonesia.
Sekali lagi, pemilihan diksi tergantung target pembaca. Dalam konteks buku pelajaran sebaiknya gunakan diksi yang formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu akademik. Beda misalkan membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana ini sudah masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
Perbanyak membaca dulu sehingga kata-kata yang anda miliki akan semakin kaya. Maaf, kasarannya seperti itu, jangan harap bisa menulis bagus kalau tidak pernah membaca. Nantinya, anda akan dengan otomatis ketika ingin menulis muncul diksi-diksi yang bagus. Tulisan anda juga otomatis akan semakin bagus. Ini ceklist bagaimana cara memilih diksi. Jadi sebetulnya tolok ukur pemilihan diksi yang paling penting adalah apakah diksi/kata yang dipilih dipahami pembaca atau tidak.
Semua variasi kalimat bisa digunakan. Betul, supaya tidak monoton dan membosankan ketika dibaca. Seperti yang tertera di materi, yang menentukan rasa tulisan adalah lebih ke diksi yang digunakan. Diksi itu seperti warna pada lukisan. Lukisan untuk orang dewasa dengan lukisan untuk anak-anak sangat berbeda warnanya. Begitu juga dengan tulisan anak-anak diksi yang digunakan pasti lebih mudah dipahami daripada diksi pada tulisan untuk orang dewasa. Kalimat sederhana jika diksinya tinggi juga susah dipahami. Jadi, lebih perhatikan ke diksi yang ingin digunakan untuk anak SD.
Laporan dalam konteks pekerjaan memang harus dengan diksi yang formal untuk menunjukkan profesionalitas. Kedekatan personal dalam konteks kerja profesional justru menjadi hal yang kurang pas. Bisa saja dekat secara personal, namun untuk urusan laporan kerja tetap formal. Diksi yang salah membuat kalimat susah dipahami dan bisa berujung pada miskomunikasi.
Konjungsi antar kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya. Sedangkan, konjungsi antar paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat gambaran besar struktur sebuah artikel. Kalimat yang mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya. Kemudian, terkait menyambungkan antar kalimat, perlu diketahui tentang ini dulu. Kalimat terbagi menjadi 4: pernyataan, pertanyaan, perintah, dan seruan.
C.      PENGGUNAAN KALIMAT
Ini struktur paragraf yang lebih lengkap. Jadi kalimat penjelas itu terbagi menjadi 2: 1) kalimat penjelas mayor; dan 2) kalimat penjelas minor. Kalimat penjelas mayor menjelaskan kalimat topik. Kalimat penjelas minor menjelaskan kalimat penjelas mayor. Kemudian, diakhiri dengan kalimat penutup bila diperlukan.
Itu dari segi struktur. Kemudian, ini dari segi kalimat penjelasnya:.
Kalimat penjelas itu juga macam-macam. Bisa berupa fakta, alasan, contoh, data, dan lain sebagainya.
Struktur artikel terdiri dari: pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Jika ditarik garis-garis, semuanya berkaitan. Mulai dari judul, pendahuluan hingga kesimpulan. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya.
Dalam penulisan formal tidak harus SPOK, susunannya bisa divariasi. Namun, minimal harus ada unsur Subjek dan Predikat untuk bisa sah diaggap sebagai kalimat.
Kalimat campuran adalah gabungan dari kalimat gabungan dan kalimat kompleks. In rumusnya:
Kalimat gabungan.
Kalimat kompleks.
: Kalimat gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga). Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara), dan lainnya.
Jika sudah sesuai dengan kaidah di atas, kalimat campuran akan baik.
D.      PENYUSUNAN PARAGRAF
Praktik menulis paragraf yang tepat, selalu tanyakan "what/why" apa atau kenapa dari kalimat topik. Jika kalimat topik membutuhkan detail apa, maka jelaskan apanya. Jika kalimat topik butuh detail kenapa, maka jelaskan kenapanya. Satu lagi, jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan kata "jika". Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata "jika".
Ini rumus gampangnya. Kalimat topik selalu taruh di depan. Kalimat topik dilengkapi dengan controling idea atau ide pengontrol. Ide pengontrol itulah yang dijelaskan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas dapat berupa aneka detail atau contoh. Kemudian diakhiri dengan kalimat penutup jika dibutuhkan.
Paling sederhana, bikin outline kalimat topiknya terlebih dahulu dalam bentuk ceklist atau dinomorin. Ini sebenernya masuk ke pembahasan lain, tapi mari kita singgung sedikit. Jadi, dalam menulis, bikin dulu outlinenya. Mulai dari Pendahuluan, isi, dan penutup. Dari pendahuluan sudah ditentukan apa yang akan dibahas (thesis statement). Thesis statement/poin yang akan dibahas dijadikan controlling ide pada setiap kalimat topik. Diakhiri dengan menyimpulkan semuanya. Ketika outline bagus, tulisan bagus. Silakan perhatikan tulisan materi saya di blog. Pada pendahuluan sudah ketahuan akan membahas apa. Pada isi, itu lah yang dibahas. 
Ini agak dalam pembahasannya. Paragraf yang baik dan benar harus memperhatikan koherensi dan kohesinya. Jika keduanya terpenuhi, paragraf baik. Koherensi berarti logikanya nyambung dari kalimat topik hingga minor detailnya. Kohesi berati kata, diksi, konjungsi yang dipakai tepat hingga mudah dibaca.
Setidaknya ada 2 model yang bisa membantu Ibu bagaimana menyusun paragraf yang baik:
Model pertama. P: kalimat topik. E: penjelasan kalimat topik (major detail). E: bukti yang menjelaskan major detai (minor detail) yang bisa berisi fakta, quote, data, atau contoh. L: diakhiri dengan menyambungkan semuanya di penutup.
Ini model yang ke-2. C: klaim sebagai pernyataan kalimat topik. P: bukti yang bisa anda berikan untuk mendukun kalimat topik. dan R: kaitan keduanya sebagai kesimpulan atau penutup jika diperlukan.
Secara umum, boleh semuanya. Namun, dalam teori penulisan akademik, supaya paragraf mudah dipahami gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan. Dalam penulisan artikel jurnal juga seperti itu. Sejauh saya mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif  atau campuran, itu hanya diaplikasikan dalam reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau ujian sekolah. Namun, praktek dalam menulis, yang banyak digunakan adalah paragraf deduktif.
Dalam penulisan formal dan akademik, paragraf deduktif lebih efektif dan sangat disarankan.
Secara teoretis, paragraf yang baik sudah saya jelaskan pada materi di blog dan diperjelas kembali lewat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Sebagai penulis pemulia, bisa bertahap tidak harus langsung sempurna sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jadi, mohon maaf, Bapak dan Ibu; jangan sampai semua teori yang kita bahas malam ini justru bikin keder untuk menulis. Pelan-pelan saja mari kita pahami dan mulai terapkan sedikit demi sedikit.
Pahami kembali struktur paragraf. Materi yang saya tulis belum terlalu dalam membahas tentang penyusunan paragraf.Dalam menulis, supaya lebih mudah dipahami, gunakan paragraf deduktif.
Dalam penulisan formal, para jurnalis meletakkan semua ide/informasi penting di paragraf pertama, baru informasi yang tidak penting di belakang. Namanya model piramida terbalik.
KESIMPULAN
Terkait dengan kata dan penggunaannya secara umum, sebetulnya bahasa dapat dibagi menjadi 2 kategori: spoken dan written language atau bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan biasanya kosa kata dan struktur kalimatnya lebih sederhana, model seperti ini banyak diadaptasi untuk menulis dengan hara personal. Bahasa tulisan digunakan untuk penulisan formal dan akademik yang biasanya baik kata maupun struktur kalimatnya lebih kompleks. Jadi, jika ingin menulis formal dan akademik, pastikan yang dipakai adalah bahasa tulisan. Bahasa tulisan sangat konsern terhadap variasi penggunaan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
Terkait dengan kalimat, 4 jenis kalimat dan fungsinya ini perlu diperhatikan kembali.
      1.    Kalimat pernyataan, berfungsi untuk menceritakan sesuatu.
2.       Kalimat pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu
3.       Kalimat perintah, berfungsi untuk menginstruksian sesuatu
4.       Kalimat seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/ mengagetkan
Keempatnya bisa digunakan untuk variasi tulisan, selain menggunakan formula kalimat sederhana, gabungan, kompleks, dan campuran.
Terkait dengan paragraf, ada 4 tipe yang lebih jauh perlu diketahui. Misalnya :
1.       Jika menjelaskan apa itu virus corona, gunakan paragraf deskriptif.
2.       Jika menjelaskan asal mula virus corona, gunakan paragraf naratif.
3.       Jika menjelaskan cara pencegahan virus corona, gunakan paragraf ekspositori.
4.       Jika menjelaskan bahwa virus corona itu sangat berbahaya, gunakan paragraf persuasif.

No comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH