DASAR
MENULIS KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF
Bersama Imam Fitri
Rahmadi
Pemilihan
Kata
Perihal pilihan kata disebut dengan diksi. Antara penulisan personal,
formal, dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun
dimaksudkan untuk mengungkapkan hal yang sama. Cermati tiga kalimat di bawah
ini:
1.
Ibu guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah.
2.
Ibu guru sedang berbincang-bincang dengan kepala
sekolah.
3.
Ibu guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah.
Berbeda satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat.
Penulisan
Kalimat
Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran.
Sederhana:
·
Saya membaca tulisan di blog.
Gabungan:
v
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah
pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.
Kompleks:
ü
Saya membaca tulisan di blog ketika sedang
bekerja dari rumah.
Campuran:
Ø
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah
pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.
Penyusunan
Paragraf
Paragraf adalah
kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas
(supporting sentences) sebagai detail
yang menjelaskan ide pokok. Supaya enak dibaca dan tulisan mudah dipahami,
susun paragraf deduktif.
Gunakan bentuk
kalimat sederhana untuk membuat kalimat topik. Cara gampang untuk membuat
kalimat topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling
idea pada setiap kalimat topik. Bentuk kalimat penjelas harus bervariasi,
terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi
sebagai transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak
dibaca, dan mudah dipahami.
Contoh paragraf yang
baik:
Bekerja dari
rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah
menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat
jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah
sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel
dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan
hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga
menghemat biaya operasional kantor.
Materi di atas hanya
cuplikan dari materi yang sebenernya. Pemahaman Anda akan semakin komprehensif
jika sudah membaca materi secara keseluruhan.
Berangkum
Tanya Jawab :
A.
PROSES
MENULIS
Tips dan trik:
Perbanyak input: membaca
Berlatih: mencoba
sedikit demi sedikit beberapa dasar menulis yang sudah dipelajari
Menulis: rajin
menulis
Literasi digital generasi milenial masih
sangat minim. Gerakan literasi digital di Indonesia sudah banyak yang mengarah
ke penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi, dan lainnya.
Justru yang kurang adalah literasi digital untuk keperluan akademik sebagai
bekal generasi milenial untuk belajar di era digital. Belum ada gerakan
literasi digital yang mengarah ke situ.
Narasumber mulai rajin menulis
sejak kuliah S1 dengan mengikuti salah satu komunitas menulis tentang narasi
lokal di sini: https://akumassa.org/id/author/imam-fitri-rahmadi
Jenuh sesekali datang. Caranya tutup laptop, jalan keluar. Baru balik lagi
dengan pikiran yang fresh 2. Tulisan Narasumber pernah tidak dihargai,
jangankan orang lain, narasumber juga pernah tidak menghargai tulisannya
sendiri. Menulis merupakan sebuah proses yang
lambat laun akan suka dengan tulisan sendiri. Selama proses tersebut,
"bodo amat" saja dengan semua kata orang. Seperti semangat yang
selalu disampaikan Omjay, menulis saja
terus dan buktikan apa yang terjadi. Yang lebih penting, temukan motivasi
internal dalam diri kenapa harus menulis.1.
Menulis personal seperti update status dan lainnya mudah. Menulis formal seperti menulis
berita dan laporan formal membutuhkan dasar literasi yang cukup. Menulis
akademik seperti menulis laporan penelitian dan artikel jurnal membutuhkan
dasar literasi yang tinggi.2.
Ada yang bilang, tidak ada yang baru selama
masih berada di bawah sinar matahari, jadi segala kebaruan (inovasi) yang ada
pasti ada silsilahnya ke belakang, maka studi pendahuluan paling tidak dengan systematic literature review harus
dilakukan. Apalagi menulis untuk jurnal Scopus,
novelty-nya harus kuat. Untuk
menyatakan bahwa tulisan punya kebaruan, tidak bisa hanya dengan klaim semata,
tetapi harus dengan pembuktian dari apa yang sudah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya ternyata belum menyentuk pada fokus penelitian yang dilakukan.
Proses dan rahasia kreatif adalah dengan
membaca. Inspirasi itu secara ilmiah bukan berarti ditemukan dengan merenung di
bawah pohon atau duduk di pinggir danau sambil melamun. Jika ingin menulis,
berarti harus banyak baca dulu. Memperbanyak input sebelum output-nya
ditulis.
Hambatan terbesar adalah mencari niche alias topik yang orisinil yang
belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah menyebutnya sebagai tantangan.
Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari reserach gap sebagai novelty
penelitian kita.
Curah gagasan atau bahasa kerennya brainsorming memang sering dilakukan
untuk menghimpun ide, biasanya lebih efektif dengan berdiskusi dengan orang
lain sebagai lawan berpikir. Cara yang sudah disampaikan oleh Budiman Hakim out-of-the-box banget dalam mencari dan
mendokumentasikan ide.
Bahasa secara alamiah memang seperti itu,
baik dari segi writing, speaking, listening, maupun reading.
Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk mengolah bahasa kembali.
Solusinya, membiasakan diri kembali untuk menulis. Sebetulnya tidak mengulang
dari awal, tinggal me-recall/memanggil
kembali kebiasaan dalam menulis waktu dulu, kemudian mulai dibiasakan lagi
mulai dari sekarang hingga ke depannya.
Artikel bebas atau artikel populer bisa
menggunakan antara kata personal atau formal. Yang pasti, kata ganti orang
sangat dihindari dalam penulisan akademik. Dalam konteks blog, saya dan Anda
masih termasuk formal, para blogger profesional banyak menggunakan kata ganti
itu. Aku dan kamu bisa digunakan juga supaya terasa lebih personal. Jadi, lihat
kembali siapa pembaca.
Dalam menulis fiksi tidak harus
menggunakan kata baku. Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen
Fredly, "terserah . . ." Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi.
Namun, ada satu hal yang tetap dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti
ada inti pesan yang ingin disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi. Tetapi,
dalam penulisan paragraf tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.
Jika
dalam karya fiksi dan/atau dalam penulian personal, ide justru disimpan.
Seperti cerpen yang ada plotnya, ide ditaruh di klimaks atau dikasih tahu
pelan-pelan supaya pembaca penasaran.
Namun, dalam penulisan non-fiksi dan/atau
penulisan formal dan akademik, ide justru harus disebutkan secara gamblang di
depan. Ide harus sudah ditonjolkan di pendahuluan, diturunkan jadi kalimat
topik, dan disimpulkan di akhir. Misal, dalam menulis artikel jurnal, bahkan
ada yang namanya abstrak yang berisi isi tulisan, dengan membaca abstrak saja
sudah tahu gambaran seluruh isi artikelnya.
Tulisan fiksi lebih fleksibel daripada
tulisan non-fiksi. Namun, kalau terkait EYD atau yang sekarang adalah PUEBI,
kedua jenis penulisan harus sesuai dengan aturan PUEBI kalau tidak akan sudah
dipahami. Beda kalau terkait kata, kalimat, dan paragraf, karya fiksi terserah
tidak harus sesuai dengan aturan dasar yang kita bicarakan barusan.
Kata yang benar adalah kata yang
digunakan sesuai dengan tujuan dan konteksnya. Kata yang baik adalah kata yang
bisa menyampaikan informasi sesuai yang diinginkan oleh penulis sesuai dengan
target pembaca. Pemilihannya berati disesuaikan dengan tujuan, konteks, dan
target pembaca.
Kaidah menulis sesuai dengan konteksnya,
dan lebih berlaku untuk penulisan formal dan penulisan akademik. Dalam kasus
Ibu Siti yang menulis di blog secara personal dengan gaya sesuka hati,
sebetulnya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang dan menyalahkan. Namun, bisa
jadi tulisan akan sedikit susah dipahami karena tidak sesuai dengan kaidah yang
lumrah. Saran saya, sebebas-bebasnya menulis, sebaiknya kaidah dasar menulis
tetap diterapkan meski tidak seketat kalau mau menulis formal atau akademik. Tulisan
yang baik dan menarik adalah yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan,
terutama ini dalam konteks penulisan formal dan akademik
Tulisan yang akan diterbitkan tidak ada
ketentuan dari penerbit naskah harus bahasa baku. Dalam tata bahasa Indonesia
yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara penulisan tersendiri.
Biasanya dengan dicetak miring. Semua tergantung konteks dan terget pembaca
sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia,
naskah teman narasumber diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak masalah karena target
pembaca anak alay.
Membenarkan tulisan
orang lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit. Mending ditulis ulang
dengan kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit baju dari awal daripada
harus benerin baju yang salah jahit. Namun, jika dasar-dasar menulis sudah
dikuasai, akan mudah mengoreksi tulisan orang lain.
B. PENGGUNAAN KATA
Ada 6 prinsip dalam memilih diksi:
2. Gunakan kata yang spesifik dan kontekstual
3. Pilih kata yang paling kuat diantara pilihan diksi yang ada
4. Lebih baik, tekankan pada penggunakaan kata yang positif daripada sebaliknya
5. Hindari penggunaaan diksi yang tinggi secara berlebihan
6. Juga hindari diksi yang terlalu jadul
Jadil, sekali lagi, diksi dipilih sesuai
target pembaca.
Diksi tidak perlu indah yang penting
sampai pada pembaca. Jadi, dalam memilih diksi sesuaikan dengan target pembaca.
Diksi yang terlalu tinggi itu justru bikit tulisan melayang dan tidak menyentuh
ke tanah. Ibaratnya begitu. Itu istilahnya adalah inflated words. Bisa. Cara
penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian dikasih
penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan tersebut.
Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia
semua orang sudah paham kalau iti istilah di luar bahasa Indonesia.
Sekali lagi, pemilihan diksi tergantung
target pembaca. Dalam konteks buku pelajaran sebaiknya gunakan diksi yang
formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu akademik. Beda misalkan
membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana ini sudah
masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
Perbanyak membaca dulu sehingga kata-kata
yang anda miliki akan semakin kaya. Maaf, kasarannya seperti itu, jangan harap
bisa menulis bagus kalau tidak pernah membaca. Nantinya, anda akan dengan
otomatis ketika ingin menulis muncul diksi-diksi yang bagus. Tulisan anda juga
otomatis akan semakin bagus. Ini ceklist bagaimana cara memilih diksi. Jadi
sebetulnya tolok ukur pemilihan diksi yang paling penting adalah apakah
diksi/kata yang dipilih dipahami pembaca atau tidak.
Semua variasi kalimat bisa digunakan.
Betul, supaya tidak monoton dan membosankan ketika dibaca. Seperti yang tertera
di materi, yang menentukan rasa tulisan adalah lebih ke diksi yang digunakan. Diksi
itu seperti warna pada lukisan. Lukisan untuk orang dewasa dengan lukisan untuk
anak-anak sangat berbeda warnanya. Begitu juga dengan tulisan anak-anak diksi
yang digunakan pasti lebih mudah dipahami daripada diksi pada tulisan untuk
orang dewasa. Kalimat sederhana jika diksinya tinggi juga susah dipahami. Jadi,
lebih perhatikan ke diksi yang ingin digunakan untuk anak SD.
Laporan dalam konteks pekerjaan memang
harus dengan diksi yang formal untuk menunjukkan profesionalitas. Kedekatan
personal dalam konteks kerja profesional justru menjadi hal yang kurang pas.
Bisa saja dekat secara personal, namun untuk urusan laporan kerja tetap formal.
Diksi yang salah membuat kalimat susah dipahami dan bisa berujung pada
miskomunikasi.
Konjungsi antar kalimat dipilih
berdasarkan jenis kalimatnya. Sedangkan, konjungsi antar paragraf dikontrol
dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat gambaran besar
struktur sebuah artikel. Kalimat yang mengandung sesuatu yang kontras bisa
gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya. Kemudian, terkait menyambungkan
antar kalimat, perlu diketahui tentang ini dulu. Kalimat terbagi menjadi 4:
pernyataan, pertanyaan, perintah, dan seruan.
C. PENGGUNAAN KALIMAT
Ini struktur
paragraf yang lebih lengkap. Jadi kalimat penjelas itu terbagi menjadi 2: 1)
kalimat penjelas mayor; dan 2) kalimat penjelas minor. Kalimat penjelas mayor
menjelaskan kalimat topik. Kalimat penjelas minor menjelaskan kalimat penjelas
mayor. Kemudian, diakhiri dengan kalimat penutup bila diperlukan.
Itu dari segi struktur. Kemudian, ini dari segi kalimat
penjelasnya:.
Kalimat penjelas itu juga macam-macam. Bisa berupa fakta,
alasan, contoh, data, dan lain sebagainya.
Struktur
artikel terdiri dari: pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Jika ditarik
garis-garis, semuanya berkaitan. Mulai dari judul, pendahuluan hingga
kesimpulan. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement
alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat
topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap
paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya.
Dalam penulisan formal tidak harus SPOK, susunannya bisa
divariasi. Namun, minimal harus ada unsur Subjek dan Predikat untuk bisa sah
diaggap sebagai kalimat.
Kalimat campuran adalah gabungan dari kalimat gabungan dan
kalimat kompleks. In rumusnya:
Kalimat gabungan.
Kalimat kompleks.
: Kalimat gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu
kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but
(tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga). Sedangkan kalimat kompleks
dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah),
because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara), dan
lainnya.
Jika sudah sesuai dengan kaidah di atas, kalimat campuran
akan baik.
D. PENYUSUNAN PARAGRAF
Praktik menulis paragraf yang tepat, selalu tanyakan "what/why" apa atau kenapa dari
kalimat topik. Jika kalimat topik membutuhkan detail apa, maka jelaskan apanya.
Jika kalimat topik butuh detail kenapa, maka jelaskan kenapanya. Satu lagi,
jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan kata
"jika". Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa
paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata
"jika".
Ini rumus gampangnya. Kalimat topik selalu taruh di depan.
Kalimat topik dilengkapi dengan controling idea atau ide pengontrol. Ide
pengontrol itulah yang dijelaskan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas
dapat berupa aneka detail atau contoh. Kemudian diakhiri dengan kalimat penutup
jika dibutuhkan.
Paling sederhana, bikin outline
kalimat topiknya terlebih dahulu dalam bentuk ceklist atau dinomorin. Ini sebenernya masuk ke pembahasan lain,
tapi mari kita singgung sedikit. Jadi, dalam menulis, bikin dulu outlinenya.
Mulai dari Pendahuluan, isi, dan penutup. Dari pendahuluan sudah ditentukan apa
yang akan dibahas (thesis statement).
Thesis statement/poin yang akan
dibahas dijadikan controlling ide pada setiap kalimat topik. Diakhiri dengan
menyimpulkan semuanya. Ketika outline bagus, tulisan bagus. Silakan perhatikan
tulisan materi saya di blog. Pada pendahuluan sudah ketahuan akan membahas apa.
Pada isi, itu lah yang dibahas.
Ini agak dalam pembahasannya. Paragraf yang baik dan benar
harus memperhatikan koherensi dan kohesinya. Jika keduanya terpenuhi, paragraf
baik. Koherensi berarti logikanya nyambung dari kalimat topik hingga minor
detailnya. Kohesi berati kata, diksi, konjungsi yang dipakai tepat hingga mudah
dibaca.
Setidaknya ada 2 model yang bisa membantu Ibu bagaimana
menyusun paragraf yang baik:
Model pertama. P: kalimat topik. E: penjelasan kalimat topik
(major detail). E: bukti yang menjelaskan major detai (minor detail) yang bisa
berisi fakta, quote, data, atau contoh. L: diakhiri dengan menyambungkan
semuanya di penutup.
Ini model yang ke-2. C: klaim sebagai pernyataan kalimat
topik. P: bukti yang bisa anda berikan untuk mendukun kalimat topik. dan R:
kaitan keduanya sebagai kesimpulan atau penutup jika diperlukan.
Secara umum, boleh semuanya. Namun, dalam teori penulisan
akademik, supaya paragraf mudah dipahami gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat
pokok selalu di depan. Dalam penulisan artikel jurnal juga seperti itu. Sejauh
saya mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif atau campuran, itu hanya diaplikasikan dalam
reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau ujian sekolah. Namun,
praktek dalam menulis, yang banyak digunakan adalah paragraf deduktif.
Dalam penulisan formal dan akademik, paragraf deduktif
lebih efektif dan sangat disarankan.
Secara teoretis, paragraf yang baik sudah saya jelaskan
pada materi di blog dan diperjelas kembali lewat jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Sebagai penulis pemulia, bisa bertahap tidak
harus langsung sempurna sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jadi, mohon maaf,
Bapak dan Ibu; jangan sampai semua teori yang kita bahas malam ini justru bikin
keder untuk menulis. Pelan-pelan saja mari kita pahami dan mulai terapkan
sedikit demi sedikit.
Pahami kembali struktur paragraf. Materi
yang saya tulis belum terlalu dalam membahas tentang penyusunan paragraf.Dalam
menulis, supaya lebih mudah dipahami, gunakan paragraf deduktif.
Dalam penulisan formal, para jurnalis
meletakkan semua ide/informasi penting di paragraf pertama, baru informasi yang
tidak penting di belakang. Namanya model piramida terbalik.
KESIMPULAN
Terkait
dengan kata dan penggunaannya secara umum, sebetulnya bahasa dapat dibagi
menjadi 2 kategori: spoken dan written language atau bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Bahasa lisan biasanya kosa kata dan struktur kalimatnya lebih
sederhana, model seperti ini banyak diadaptasi untuk menulis dengan hara
personal. Bahasa tulisan digunakan untuk penulisan formal dan akademik yang
biasanya baik kata maupun struktur kalimatnya lebih kompleks. Jadi, jika ingin
menulis formal dan akademik, pastikan yang dipakai adalah bahasa tulisan.
Bahasa tulisan sangat konsern
terhadap variasi penggunaan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
Terkait
dengan kalimat, 4 jenis kalimat dan fungsinya ini perlu diperhatikan kembali.
1. Kalimat pernyataan, berfungsi untuk
menceritakan sesuatu.
2. Kalimat pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu
3. Kalimat perintah, berfungsi untuk menginstruksian sesuatu
4. Kalimat seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/ mengagetkan
2. Kalimat pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu
3. Kalimat perintah, berfungsi untuk menginstruksian sesuatu
4. Kalimat seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/ mengagetkan
Keempatnya
bisa digunakan untuk variasi tulisan, selain menggunakan formula kalimat
sederhana, gabungan, kompleks, dan campuran.
Terkait
dengan paragraf, ada 4 tipe yang lebih jauh perlu diketahui. Misalnya :
1.
Jika menjelaskan apa itu virus corona, gunakan
paragraf deskriptif.
2.
Jika menjelaskan asal mula virus corona,
gunakan paragraf naratif.
3.
Jika menjelaskan cara pencegahan virus corona,
gunakan paragraf ekspositori.
4.
Jika menjelaskan bahwa virus corona itu sangat
berbahaya, gunakan paragraf persuasif.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH