Dapur klasik biasanya terletak di bagian rumah. Penuh dengan perabotan yang tertata kurang rapi. Banyak barang yang sengaja disembunyikan agar kelihatan agak rapi. Bau dapur juga kurang sedap. Lalu dilengkapi dengan blower untuk mengeluarkan bau dan asap yang tak diinginkan. Penghuni dapur juga tak kalah penampilannya. Biasanya penghuni dapur hanya mengenakan pakaian seadanya, bahkan ada yang sudah robek tak dihiraukannya. Terkadang yang bekerj di dapur belum sempat mandi atau memang mandinya sesudah selesai mendapur.
Berbeda dengan dapur moderen. Letak dapur tak selalu di bagian belakang
rumah, ada yang di samping, di depan, atau ada yang dekat ruang tamu sekalian. Perabot
yang menyertai dapur juga berbentuk sangat artistic sehingga enak dipandang. Dengan
demikian, perabot tak perlu harus menempati ruang yang tersembunyi. Masakan yang
dihasilkan juga tak seperti dapur klasik. Sajiannya enak dipandang karena
dengan disertai dengan hiasan yang boleh dimakan. Penghuni dapur moderen juga
berpenampilan tak memalukan. Dandanan penghuni dapur juga menarik dan siap
menerima pandangan.
Dapur adalah tempat memasak makanan sebelum disajikan kepada pelanggan.
Di dapurlah yang tadinya barang mentah dioah menjadi suatu yang baru yang dapt
dinikmati. Di dapur selain ada alat-alat yang digunakan untuk memasak juga ada
orang yang menjalankan kegiatan memasak yaitu juru masak. Sang juru masak juga
dibantu oleh beberapa orang yang bertugas menyediakan bahan-bahan yang akan
dimasaknya.
Demikian dengan sebuah buku yang bisa diibaratkan sebuah masakan yang
sebelum disajikan kepada pelanggan dalam hal ini pembaca, pastilah melalui
proses yang tidak singkat dan tidak mudah. Apalagi dapur yang digunakan adalah
dapur moderen yang segalanya dapat langsug diketahui oleh calon pembaca.
Untuk menerbitkan buku, penerbit
mayor tidak kekurangan bahan baku yaitu berupa tulisan bai dari penlis yang
sudah kawakan maupu penulis pemula. Ibarat bahan baku, naskah yang masuk ke
dapur penerbit perlu diseleksi. Bahan bagus belum tentu disukai oleh pembaca,
demikian sebaliknya bahan yang kurang bagus namun bisa disukai oleh pembaca
karena bertema yang baru ngetren. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit
yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duwit) untuk mempertahankan kelangsungan
bisnisnya. Secara otomatis cash flow
akan terganggu, apabila intensitas
terbitan bukunya berkurang, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi
buku.
Penerbitan, yang sering digunakan untuk menyebutkan penerbit mayor dan
penerbit minor (indie) pada dasarnya konsep penerbitannya sama, yaitu
mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.
Konsep dasar penerbitan adalah memberikan layanan industri, dalam
menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis. Penerbit
hanyalan intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan.
Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya. Yang
membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit
yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut.
Skala produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan
oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala
produksi buku yang dihasilkan setiap tahunnya. ISBN dikeluarkan oleh
Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk memberikan
nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit di
Indonesia.
Struktur penomoran ISBN, angka di publication
element tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh
penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan produksi buku yang
diterbitkan oleh sebuah penerbit. Secara materi terbitan, sebenarnya tidak ada
bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang penerbit tertentu
memilih spesialisasi pada genre tertentu
untuk lebih fokus dalam produksi maupun pemasarannnya. Secara otomatis. karena
jumlah produksi cukup besar, akhirnya penerbit mayor mempunyai saluran
pemasaran yang cukup beragam yang sering disebut Omni channel Marketing selain tentunya outlet di Toko Buku.
Yang unik selama pandemi adalah saluran toko buku mengalami kontraksi
yang cukup dalam, sehingga saluran outlet
toko buku pun menyesuaikan dengan berpindahnya proses pemasaran ke sistem online, maupun digitalisasi materi dalam
bentuk media lain selain tulisan. Tantangan ini cukup berat bagi
penerbit-penerbit dengan skala kecil, yang hanya menggantungkan outlet-nya di toko buku. Karena imbas
dari Lock Down diberbagai sentra
ekonomi, menjadikan saluran penjualan buku semakin sulit bejualan. Media-media
baru sebagai sarana promosi buku pun berkembang seperti channel Webinar, Podcast,
IG Live, WA Group mejadi media promosi yang luar biasa berkembang.
Penguasaan Teknologi
Di masa yang akan datang buku fisik masih akan tetap bertahan. Hanya
proses pemasarannya yang berubah mengikuti zaman. E-book akan tetap menarik karena konsep praktis, ramah lingkungan,
dan menjanjikan keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai media
pengayaannya. Google dengan sigap
juga telah mencoba peruntungannya di era digital ini, yaitu dengan Google Books-nya menjadikan konsep
digitalisasi e-book sudah mencapai ke
industrialisasi digital masa depan.
Tantangan penerbit baik mayor maupun minor, adalah kecepatan dalam
menguasai teknologi ini ke depan. Dengan konsep multimedia, pengawinan antara
media-media baru, menjadikan buku akan semakin mengecil secara fisik. Apalagi
ada konsep baru dalam dunia digital yaitu konsep Metaverse yang diusung Face
Book, dunia digital akan semakin kaya.
Penguasaan tekonologi harus cepat dikuasai, sehingga media buku di
Indonesia akan semakin maju dalam mengikuti perkembangan zaman. Buku akan
diperkaya dengan media-media lain, yang akan saling mengisi kelemahan secara
alamiah media-media tradisional tersebut.
E-book saat ini baru mencapai pertumbuhan 4% saja, sehingga belum dapat
dijadikan sumber utama bagi penerbit-penerbit buku. Saat ini proses pemasaran
saja yang bergeser shifting ke
digital seperti jualan di market place
buka lapak, Shopee, Blibli, dan lain-lain dalam mempromosikan buku fisik. Peluang
digitalisasi buku ini memang semakin terlihat, apalagi dikawinkan dengan
berbagai macam media yang lain. https://www.pbuandi.com/?view=flipcard
ini hanya katalog e-book siapa tahu
dapat memberikan gambaran ke depan bagaimana e-boook dipasarkan. Ini contoh
buku digital yang berdampingan dengan buku fisik di toko buku. Nikmati 25 halaman
sampel buku tersebut, jika tertarik dan punya saldo di dompet digital bisa
langsung membelinya, file secara aman
akan tersimpan di gadget bapak ibu,
dan di enkripsi oleh google sehingga aman dan tidak dapat di
sharing. Kolaborasi antara buku fisik, digital, media yang lain akan semakin
menyatu.
Sebagai penulis, harus memberikan pengayaan-pengayaan tidak hanya
kemampuan tulis belaka. Akan tetapi pengembangan di sisi penulis harus
diberdayakan. Seperti penulis mempunyai
Blog, Channel Youtube, Twitter, Podcast, bahkan Tiktok yang dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal ini
akan memberikan rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan penulis
karena follower-nya banyak, menjadi
selebriti di Youtube, atau selebriti Tiktok. Materi tulisan tidak akan melulu
dijadikan alasan penerbit dalam menerbitkan buku, akan tetapi kemampuan penulis
dalam membantu mempromosikan tulisanlah yang menjadi primadona penulis-penulis
baru, di aplikasi Wattpad, follower pembaca biasanya dipantau oleh
penerbit-penerbit mayor.
Persaingan penerbit akan semakin keras, tidak memandang penerbit mayor
maupun minor. Hal ini karena ke depan proses penerbitan bisa dilakukan sendiri
oleh penulis. Lihat saja bang Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya
melalui Google Books. Persaingan
penerbit tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang
menjadikan persamaan derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca
buku.
Genre tertentu penulis dapat
bermain sendiri memproduksi bukunya. Pintar-pintar penulis dalam mengelola
tulisannya. Ada yang dapat dikerjakan sendiri, ada dapat berkolaborasi penerbit
baik minor maupun mayor. Semua akan jalan dijalannya masing-masing dan tidak
akan saling berebut akan tetapi tetap menghasilkan keuntungan. Akhirnya, semua
unsur dunia penerbitan akan menjadi lebih berwarna dan saling menguntungkan
dari penulis, penerbit, hingga pembaca buku dengan terbentuknya dunia digital yang
cukup menjanjikan ke depan.
Sebagai penulis harus peka dengan isue-isue baru mata
pelajaran-matapelajaran baru, seperti enguatan Pancasila, Attitude Pelajar, Softskill
dan lain-lain. Tema-tema tersebut sangat dicari saat ini, sehingga peluang apabila
mengangkat tema itu akan sangat diminati penerbit, sehingga tidak tertinggal
dalam menyajikan penawaran tulisannya kepada penerbit dan tawarkan proposal
tulisan ke penerbit.
Kepandaian mengajar di depan kelas, merekam proses belajar di depan
kelas, ceritakan prosesnya, adaptasinya, kesan murid dalam belajar akan menjadi
sebuah tulisan yang menarik. Tuliskan di face
book untuk merekam kejadiannya
sehingga tidak terlupakan.
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH