Semua kegiatan apalagi yag bersifat positif akan menemui bayak hambatan dan rintangan. Hambatan itu bisa berasal dari diri sendiri dan bisa juga dari luar dirinya. Tetapi hambatan yang paling sulit diatasi adalah hambatan yang berada di dalam dirinya sendiri.
Menulis merupakan kegiatan keterampilan yang banyak mengadung hambatan. Hambatan menulis adalah
kondisi tidak bisa berpikir apa yang harusnya dituangkan kedalam tulisan atau
bagaimana memulai berproses untuk sebuah tulisan.
Berikut hamabatn meulis yang
biasa dialami oleh calon penulis.
1.
Malas
Malas
adalah kondisi seseorang yang sedanag tidak mood.
Harus diberi motivasi agar kemalasan itu tidak datang dan menyerang. Yaitu dengan
mengingat dan “menikmati” karena menulis, bis meraih ”popularitas”, terima
honor dari tulisan yang dimuat oleh penerbit atau royalti, sehat (karena
menulis itu menyehatkan jiwa-raga), dan memeiliki jati diri (self branding).
Karya tulis yang dipublikasikan akan dinikmati oleh orang lain
(pembaca) sehingga orang akan mengetahui kualitas dan kompetensi penulis; orang
mengetahui seberapa ”bloon” dan
”cerdas”-nya si penulis.
Ada pepatah: “Orang malas lebih buruk daripada orang bodoh”.
Orang bodoh bisa diajari, orang yang malas hanya dia sendiri yang bisa
mengatasinya.
2. Tidak
Punya Ide
Tidak sedikit orang yang
malas mengatakan tidak punya ide untuk dijadikan tulisan. Bagaimana mungkin
tidak puya ide sedangan ketika ada orang bertindak atau berkomentar bisa
menimpali dengan tanggapan yang tidak setuju. Ide ada di mana-mana. Membaca adalah
salah satu menemukan ide. Mencermati peristiwa aktual, mengkritisi sesuatu yang
terjadi, menanggapi apa yang dilihat dan didengar, kemudian tuliskan opini apa
yang dipikirkan tersebut.
3. Tidak
Punya Waktu
Jika mengaku tidak punya waktu untuk menulis adlah bohong.
Semua orang memiliki waktu 24 jam per hari dan 7 hari per minggu. Orang yang
termotivasi untuk menulis, akan meluangkan waktu untuk menulis, misalnya sejam
sebelum tidur, atau hari tertentu dalam sepekan, misalnya akhir pekan atau hari
libur.
4. Tidak
Menguasai Topik
Tidak menguasai topik
adalah hambatan menjadi salah satu yang menjadi hambatan dalam kegiatan menulis.
Padahal setiap hari ada saja masalah yang ditemui. Setiap permasalahan yang
dihadapi merupakan sebuah topik yang bisa dituangkan dalam tulisan. Seperti pada
permasalahan tidak memiliki ide, sebenarnya topik bisa diambil dari sebuah
topik yang sudah ditulis oleh penulis lain dengan versi atau sudut pandang yang
lain.
5. Bingung
Memulai
Memilih sebuah tema dan memberi judul sementara, kemudian
membuat outline tulisan dan melakukan
Free Writing (composing rough/first draft).
Menuliskan apa yang terlintas dalam pikiran, abaikan akurasi ejaan, kata,
kalimat, dan data, yang penting, tuliskan. Setelah itu, tulis ulang, direvisi,
dan diedit.
“Penulisan
Bebas: Strategi penemuan (atau prapenulisan) yang dimaksud untuk mendorong
pengembangan ide tanpa memperhatikan aturan tata bahasa dan penggunaan
konvensional” (Wikipedia).
6. Takut Jelek
Belum berkarya sudah takut karyanya jelek. Berbuat saja
belum. Tidak ada tulisan jelek selama ide dan isi tulisannya orisinil hasil
pemikiran penulis.
Tidak bisa merangkai kata menjadi sebuah kalimat,
apalagi kalimat yang indah bertabur diksi yang penuh hikmat. Hal tersebut wajar
bagi calon penulis, namun menulis harus dibiasakan. "Menulislah setiap
hari dan buktikan apa yang terjadi" (Om Jay). Kemudian kalimat inspirasi
tersebt dbuat turunannya "Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang
terjadi" (Cik Ato).
Tulisan
jelek hanyalah hasil plagiarism. Bahkan,
jika hanya merangkum berbagai pendapat
menjadi tulisan baru, itu pun sah secara jurnalistik, janga
lupa sebutkan sumber kutipannya.
Tak ada penyakit
yang taka ada obatnya. Kalaupun ada penyakit yang tidak sembuh-sembuh itu
hanyala obatnya yang tidak sesuai. Demikian dengan menulis. Hambatan-hambatan
yang dikemukakan di atas dapat diatasi dengan berbagai solusi.
1. Solusi Versi About.com
· Sit down at a desk with pen and paper, ideally in some quiet place, though freewriting can be done anywhere. Siapkan tempat untuk menulis dengan alat tulis. Kalau bisa di tempat yang tidak ramai. Walaupun menulis dimanapun jadi.
· Decide beforehand that you will only be writing for ten minutes (longer if you”d like) and that you will not stop before that time is up. Membiasakan menyisihan waktu (menjadwalkan) untuk kegiatan menulis. Menggunakan waktu seperti jadwal jam kerja, tidak mengakhiri sebelum waktunya.
· Set a timer or an alarm
Mengatur penghitung waktu atau alarm sebagai penanda waktu baik untuk memulai maupun untuk berhenti.
· Write without stopping until the timer goes off.
Setelah waktu diatur, maka harus disiplin untuk berhenti ketika memang waktu sudah habis.
· Do not lift your pen from the paper, even if this means writing, “I don’t know what to write,” over and over again. Jangan pernah berhenti menulis jika sudah menulis tentang apapun, bahkan bila yang ditulis tidak dimengerti, dan dilakukan berulang-ulang.
· Write nonsense, write anything, but don”t stop writing. Menulislah apa saja yang ingin dituliskan walaupun yang ditulis hanyalah omong kosong, jangan mempedulikan tentang apa yang sedang ditulis, dan kerjakan jangan sampai berhenti.
2.
Romelteas’ Formula: Just Write!
Solusi kedua yaitu menggunakan template (templat, formula) yang
disajikan Romelte untuk berlatih menulis. Ini untuk pemula yang benar-benar
sama sekali belum bisa menulis atau belum membuktikan diri bahwa dia bisa
menulis.
Ganti kata ”ANU” dengan tema atau
topik yang Anda ingin tulis
- “Saya ingin menulis tentang ANU. Menurut saya,
ANU itu… karena… Buktinya…”
”Tadi saya baca/dengar/tonton berita tentang ANU. Menurut saya, ANU itu begini, begitu, karena saya pikir ANU itu merupakan….” - ”Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Yang
ingin saya tuliskan di sini adalah tentang ANU. Menurut saya ANU itu
penting dibahas kerena…”
Jangan
takut untuk menulis!
Jangan
menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti pasti pintar!
Awali
menulis yang sederhana, yang kita bisa
dan yang kita kuasai!
Keren
ReplyDelete