Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., MBA., MA.,M.Phil.,M.Si yang lebih dikenal Eko Indrajit terlahir di Jakarta pada tanggal 24 Januari 1969, adalah seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika asal Indonesia yang kini menjabat Rektor Universitas Pradita.
Selain dikenal sebagai sosok penggerak riset informatika dan teknologi
digital, Eko Indrajit adalah narasumber yang aktif di berbagai seminar,
lokakarya, dan penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam
maupun luar negeri. Kini, ia tercatat sebagai salah satu anggota Pengurus
Besar Persatuan Guru Republik Indonesia dan
menjadi Ketua Smart Learning and
Character Center (PSLCC) PGRI yang berperan
melakukan pengembangan profesi guru dan pendidikan
karakter berbasis teknologi dan informasi.
Buku-buku yang ditulis beliau dicetak
di penerbit mayor. Dalam dunia penerbit ada dua jenis penerbit yaitu penerbit indie
dan penerbit mayor. Penerbit independen atau
penerbit indie atau penerbit mandiri adalah sebuah cara alternatif untuk
menerbitkan buku atau media yang lain yang dilakukan penulis naskah bukan dari
penerbitnya (Wikipedia).
Penerbit ini hanya
mencetak buku atas permintaan penulis baik kualitas maupun kuantitasnya. Penerbit
ini tidak memasarkan dan tidak membiayai pencetakan. Jadi urusan pemasaran dan
biaya ditanggug oleh penulis yang bersangkutan. Seberapa besar biaya yang
dikeluarkan oleh penulis tergantung
jumlah halaman buku, jumlah eksemplar, dan kualitas bahan bakunya. Setiap penerbit
indie memiliki standar harga yang berbeda-beda apalagi berbeda daerah. Penulis dapat
menentukan dengan disesuikan budget yang
dikehendaki.
Penerbit
mayor merupakan penerbit yang dipunyai oleh perusahaan besar yang memiliki
modal yang besar, biasanya penerbit mayor memiliki percetakan
sendiri. Buku-buku hasil cetakan penerbit mayor dapat dipastikan akan
tersebar ke berbagai daerah.
Keunggulan dan
Kekurangan antara Penerbit Mayor dan Indie
1.
Distribusi
Pendistribusian buku pada
penerbit mayor sangat luas, tersebar di seluruh Indonesia bahkan mungkin sampai
luar negeri. Sedangkan penerbit indie tidak memiliki outlet atau toko yang
menjadi sasaran pemasaran buku. Pendistribusian buku sepenuhnya tergantung
penulis.
2.
Modal
Pada penerbit mayor, segala
biaya ditanggung oleh penerbit karena merupakan perusahaan yang bertanggung
jawab atas produksinya. Penulis tak mengeluarkan biaya apapun bahka akan
mendapatkan royalty dari penjualan buku yang ditulisnya. Berbeda dengan
penerbit idie, segala bentuk biaya sitanggung sendiri oleh penulis. Oleh karena
itu, perlu diperhitungkan kemampuan pebiaaan atas pencetakan buku yang
ditulisnya.
3.
Naskah
Naskah yang diserahkan ke
penerbit mayor akan melalui beberapa tahap sebelum akhirnya naik cetak. Ada kemungkinan
menunggu lama untuk dapat diterbikan. Naskah yang sudah diserahkan ke penerbit
harus mengantre untuk dapat diproses. Bahkan yang lebih tak beruntung sesudah
diproses naskah ditolak. Berbeda dengan penerbit indie, semua naskah bisa lebih
cepat dicetak karena naskah tak perlu mengantre dan bebas dari penolakan
penerbit.
Dalam sharing-nya, Prof. Eko mengenang tahun ke belakang yaitu bulan
April tahun 2020, memberikan materi di Pelatihan Menulis melalui WAG (WhatsApp Group) yang diselenggarakan
oleh PGRI. Waktu itu Prof. Eka sudah menelorkan 50-an judul buku dan ratusan
jurnal yang tersebar di berbagai media.
Haya dalam 20 menit pemberian materi,
langsung masuk ke dalam sesi tanya jawab. Karena antusias peserta yang terdiri
dari para guru di seluruh Indonesia maka Prof. Eko memberikan tantangan kepada
para peserta untuk menulis buku dalam waktu 2 minggu kemungkinan terbit.
Kemudian Prof. Eko menjelaskan tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam dua minggu. Pertama-tama harus menonton beberapa video pembelajaran. Kedua, kemudian memilih salah satunya yang
dianggap menarik perhatian karena kontennya bagi peserta tantangan. Ketiga, selama seminggu, peserta diminta
untuk MENULISKAN APA YANG DIUTARAKAN di dalam video - baik secara verbatim
(sebagaimana tersampaikan) maupun dengan menggunakan bahasa yang disusun
sendiri.
Keempat, setelah
melihat hasilnya, beliau mengajak membuat Table
of Contents atau daftar isi yang kira-kira sesuai dengan apa yang beliau
sampaikan (kebanyakan urutannya sudah disampaikan di video, jadi lebih mudah). Kelima, belau meminta mereka mencari
sumber lain di internet mengenai konten atau topik serupa dan menuliskannya
kembali dengan kata-kata sendiri untuk memperkaya tulisan yang telah dibuat. Keenam, tulisan yang sudah jadi tersebut
(rata-rata 100 halaman lebih dalam format kertas A5) saya serahkan ke Penerbit
ANDI untuk dilihat kemungkinan diterbitkannya.
Ketujuh, Penerbit
ANDI melakukan telaah/kurasi, dan menetapkan bahwa sebagian besar tulisan
tersebut dapat diterbitkan, sementara beberapa tulisan perlu mendapatkan revisi
minor mapuun major. Kedalapan, simsalabim, terbitlah buku-buku tulisan guru-guru yang hebat
tersebut, dimana mereka menjadi penulis pertama, dan beliau penulis keduanya.
Impian menjadi kenyataan. Guru-guru yang tidak pernah bermimpi akan menjadi
penulis dengan buku yang diterbitkan menjadi kenyataan.
Kejutan terakhir terjadi di pertengahan
tahun, ketika salah satu buku tersebut dinobatkan menjadi JUARA PERTAMA buku
terbaik versi Perpustakaan Nasional untuk kategori PJJ. Buku tersebut
menyisihkan ratusan buku lainnya yang ditulis oleh para penulis handal. Sungguh
suatu mukjijat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit
http://news.unair.ac.id/2019/03/14/mengenal-lebih-dekat-soal-penerbit-mayor/
https://www.elmarkazi.com/keunggulan-dan-kekurangan-antara-penerbit-mayor-dan-indie/
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH